Tradisi Sabat - Sejarah dan Perkembangannya - Dikasihi.id

Halaman

The rabbis of antiquity deduced that all labors necessary for constructing a sanctuary and its appurtenances should serve as the blueprint for Shabbat prohibitions.
And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested (SABAT) on the seventh day from all his work which he had made. (Genesis 2:2 - KJV)

Pada zaman ini, banyak orang mengartikan Sabat sebagai hari Sabtu atau hari ke tujuh. Namun, menurut bahasa aslinya, Sabat bukan berarti Sabtu, meskipun Sabtu merupakan hari Sabat. Sabat dalam bahasa Ibrani שָׁבַת - SHABAT, yang bermakna berhenti, membuang atau melepaskan. Perhatikan ayat dibawah ini.

Kejadian 2:1 - 4
2:1 LAI (TB): Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
KJV: Thus the heavens and the earth were finished, and all the host of them. 
Hebrew: 
וַיְכֻלּוּ הַשָּׁמַיִם וְהָאָרֶץ וְכָל־צְבָאָם׃ 
Translit Interlinear: VAYEKHULU {demikian mereka diselesaikan, Verb Pual Imperfect 3rd Mas. Pl.} HASHAMAYIM {langit itu} VEHA'ARETS {dan bumi itu} VEKHOL-TSEVA'AM {dengan segala isinya} 

2:2 LAI (TB): Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia (SABAT) pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
KJV: And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested (SABAT) on the seventh day from all his work which he had made. 
Hebrew: 
וַיְכַל אֱלֹהִים בַּיֹּום הַשְּׁבִיעִי מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר עָשָׂה וַיִּשְׁבֹּת בַּיֹּום הַשְּׁבִיעִי מִכָּל־מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר עָשָׂה׃ 
Translit Interlinear: VAYEKHAL {dan Ia mengakhiri, Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'ELOHIM {Allah} BAYOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} MELAKHTO {pekerjaan-Nya} 'ASHER {yang} 'ASAH {Dia telah mengejakan, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} VAYISH'BOT {dan Dia berhenti/ beristirahat (SABAT), Verb Qal Imperfect 3rd Mas. Sing.} BAYOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} MIKOL-MELAKHTO {dari segala pekerjaan-Nya} 'ASHER {yang} 'ASAH {Dia telah mengerjakan, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} 

2:3 LAI (TB): Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti (SABAT) dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
KJV: And God blessed the seventh day, and sanctified it: because that in it he had rested (SABAT) from all his work which God created and made. 
Complete Jewish Bible (CJB), God blessed the seventh day and separated it as holy; because on that day God rested from all his work which he had created, so that it itself could produce.
Hebrew:
וַיְבָרֶךְ אֱלֹהִים אֶת־יֹום הַשְּׁבִיעִי וַיְקַדֵּשׁ אֹתֹו כִּי בֹו שָׁבַת מִכָּל־מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר־בָּרָא אֱלֹהִים לַעֲשֹׂות׃ פ
Translit Interlinear: VAYEVAREKH {dan Dia memberkati, Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'ELOHIM {Allah} 'ET-YOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} VAYEQADESH {dan Dia menguduskannya (Dia memisahkannya/ Dia mengkhususkannya), Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'OTO {pada (hari) itu} KI {sebab} VO {di dalamnya} SHAVAT {Ia telah berhenti, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} MIKOL-MELAKHTO {dari segala pekerjaan-Nya} 'ASHER-BARA {yang Dia telah menciptakan} 'ELOHIM {Allah} LA'ASOT {menciptakan. Verb Qal Infinitive Construct} 

2:4 LAI (TB): Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --
KJV: These are the generations of the heavens and of the earth when they were created, in the day that the LORD God made the earth and the heavens, 
Hebrew: 
אֵלֶּה תֹולְדֹות הַשָּׁמַיִם וְהָאָרֶץ בְּהִבָּרְאָם בְּיֹום עֲשֹׂות יְהוָה אֱלֹהִים אֶרֶץ וְשָׁמָיִם׃ 
Translit Interlinear: 'ELEH {hal-hal inilah} TOLEDOT {riwayat/ silsilah}HASHAMAYIM {langit itu} VEHA'ARETS {dan bumi itu} BEHIBARE'AM {ketika mereka diciptakan, Verb Nif'al Infinitive + 3rd Mas. Pl.} BEYOM {pada hari} 'ASOT {menjadikan, Verb Qal Infinitive Construct} YEHOVAH (dibaca 'Adonay, TUHAN) 'ELOHIM {Allah} 'ERETS {bumi} VESHAMAYIM {dan langit itu}

Pasal ke 2 secara khusus mengartikan Sabat sebagai hari ke-tujuh ( יוֹם שְׁבִיעִי - YOM SHEVI'I atau יוֹם שַׁבָּת - YOM SABAT) dimana Allah berhenti dan beristirahat dari pekerjaan penciptaannya. Allah memberkati hari ke-tujuh tersebut dan membuatnya sebagai hari yang berbeda dengan hari - hari yang lain. Pada saat Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Ia memerintakan Musa untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat.

Keluaran 20: 8
LAI (TB): Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
KJV: Remember the sabbath day, to keep it holy. 
The Complete Jewish Bible: “Remember the day, Shabbat, to set it apart for God. 
Hebrew:
זָכֹור אֶת־יֹום הַשַּׁבָּת לְקַדְּשֹֽׁו ׃
Translit Interlinear: ZAKHOR {ingatlah} 'ET-YOM {hari} HASHABAT {sabat itu} LEQADESHO {untuk menguduskan dia, untuk memisahkan dia, untuk mengkhususkan dia}

Berdasarkan etimologi, kata benda sabat dari akar kata Ibrani syin-bet-tau berasal dari kata kerja dengan akar kata yang sama yang mengandung arti berhenti dari sesuatu seperti contoh ayat-ayat di atas, dapat pula ditelaah dari Yosua 5:12, "berhentilah manna itu", Nehemia 6:3, "Untuk apa pekerjaan ini terhenti", Ayub 32:1, "ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka", Yesaya 24:8, "Kegirangan suara rebana sudah berhenti", dan lain-lain.

Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata שֶׁבַע SHEVA' (tujuh) karena ritme tujuh hari yang keras dari pada sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara sabat dengan kata bahasa Akad syapattu (hari ketujuh yang kedua). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan sabat di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (dies nefasti). Barangkali hari sabat pada zaman pengembangan Israel dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bandingkan paralelisme sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raja-raja 4:23; Yesaya 1:13; Yehezkiel 46:1, dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Keluaran 23:12 sebelum zaman para raja).

Sabat dan Kehidupan Orang Yahudi
Speak thou also unto the children of Israel, saying, Verily my sabbaths ye shall keep: for it is a sign between me and you throughout your generations; that ye may know that I am the Lord that doth sanctify you. (Exodus 31: 13 - KJV)


Terlepas dari pentingnya hari Sabat dalam kehidupan Yahudi, Taurat memberikan beberapa detail mengenai peraturan ibadah. Terlepas dari perintah yang sering diulangi untuk “tidak melakukan pekerjaan” pada hari Sabat (Keluaran 20:10, 35: 2, dan Ulangan 5:14, dsb), satu-satunya kekhususan lain yang disebutkan adalah beberapa larangan seperti larangan terhadap ranting api, mengumpulkan kayu, dan membajak sawah

Setelah abad ke 70 M, ketika Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem, para rabi zaman dulu telah bekerja secara intensif untuk mengadaptasi tradisi dan ajaran Alkitab dengan kenyataan bahwa kehidupan keagamaan orang Yahudi tanpa ada pusat ibadah. Dalam prosesnya, mereka menciptakan dasar Yudaisme rabinik, yang berfungsi sebagai dasar kehidupan Yahudi modern. Salah satu dorongan utama dari usaha para rabi ini adalah menetapkan aturan untuk mematuhi hari Sabat, dalam menempatkan diri mereka sendiri pada tradisi populer yang ada.

Berdasarkan interpolasi yang tampaknya acak dari hukum untuk berhenti bekerja pada hari Sabat di tengah - tengah deskripsi mengenai bagaimana orang Israel membangun Kemah Suci, tempat kudus portabel (Keluaran 31:13), para rabi zaman dulu menyimpulkan bahwa semua pekerjaan diperlukan untuk membangun tempat suci seperti itu dan perlengkapannya harus berfungsi sebagai cetak biru untuk larangan pada hari Sabat. Para rabi menentukan yang kegiatan - kegiatan hari Sabat ini, dan apa pun yang serupa atau terkait dengannya membentuk dasar dari pembatasan hari Sabat di masa depan. Dengan demikian, mereka memilih untuk memusatkan larangan hari Sabat pada kegiatan yang melibatkan penciptaan dan penghancuran, dan mereka menambahkannya ke dalam daftar ini, kegiatan lain yang tidak secara khusus dilarang dalam pandangan mereka, namun demikian tidak sesuai dengan peraturan hari Sabat.

Para rabi juga menerjemahkan ke dalam liturgi konkret peringatan dalam Taurat untuk "mengingat" dan "menjaga" hari Sabat "[untuk] menguduskannya." Dengan demikian para rabi menciptakan ritual kiddush atau "pengudusan" (berkat khusus), dan biasanya diucapkan sambil minum anggur) dan liturgi Sabat yang rumit sebagai konten aktif yang diperlukan dari ibadah Sabat agar sejalan dengan larangan dalam bekerja.

Beberapa ilmuwan telah berpendapat, berdasarkan referensi pada ibadah Sabat dalam karya-karya penulis non-Yahudi dalam bahasa Yunani dan Latin, bahwa para rabi talmudik dengan sengaja mereformasi suatu kebiasaan ibadah Sabat yang lebih awal dan lebih suram di antara orang-orang Yahudi di dunia Helenistik, menafsirkan kembali Taurat di cara-cara baru untuk membentuk pengalaman Sabat yang aktif dan menyenangkan.

Di antara orang Yahudi di Abad Pertengahan, otoritas dalam hukum Yahudi mengadaptasi (dan sering memperpanjang) Sabat untuk memenuhi perubahan realitas sosial dan teknologi, sementara para penyair di antara orang-orang sezaman mereka menciptakan penambahan hiasan yang rumit untuk liturgi Sabat dan lagu-lagu (zemirot) untuk dinyanyikan saat makan Sabat. Para mistikus abad-abad itu memberikan pemahaman baru mengenai Sabat, yang digambarkan sebagai ratu dan sebagai pengantin perempuan untuk disambut,  dipuji, dan dikawal pergi saat permulaannya.

Ibadah Sabat selanjutnya telah mengambil bentuk yang berbeda sesuai dengan adat istiadat yang berkembang dan pandangan ideologis yang bervariasi. Dari zaman kuno sampai zaman modern, ibadah Sabat telah berfungsi sebagai batu ujian bagi individu Yahudi untuk mengidentifikasi dirinya dengan komunitas tertentu di dalam orang - orang Yahudi. Dewasa ini, misalnya, orang-orang Yahudi tradisional menahan diri dari penerangan atau cenderung menyalakan api. Kemudian beberapa menjauhkan diri tidak hanya dari mengendarai mobil ke sinagog saat hari Sabat tetapi bahkan dari menyalakan lampu listrik. Namun, orang-orang Yahudi yang pendekatannya terhadap tradisi yang lebih modern akan menggunakan listrik pada Sabat, dan tidak penafsiran listrik sebagai api.

Tidak diragukan lagi, beberapa aturan spesifik ibadah sabat yang telah lama berfungsi sebagai kerangka pertikaian internal bagi komunitas Yahudi justru karena peran penting yang dimainkan Sabat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Seperti yang ditulis Ahad Ha-Am, salah satu penulis Yahudi awal terpenting di abad terakhir, "Lebih dari orang-orang Yahudi yang memelihara Sabat, Sabat telah melindungi orang-orang Yahudi."

Tuhan Yesus, Hari Sabat, dan Perkembangannya bagi Umat Kristen Saat Ini
Setelah pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis kita mulai melihat pandangan Yesus terhadap Taurat mulai berseberangan dengan orang Farisi, Ahli Torat, dan adat istiadat Yahudi. Yesus mulai menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’ yang mengakibatkan ia dianggap menghujat, dan sekalipun menurut kebiasaan pada hari Sabat Ia biasa masuk ke rumah ibadat, kita dapat melihat bahwa kesempatan itu digunakan untuk menyatakan otoritasnya kepada umat Yahudi dengan membaca Alkitab dan mengajar, bahkan kemudian Ia menyatakan dirinya memiliki Roh Tuhan dan diurapi Tuhan untuk untuk menjalankan pembebasan dan memberitakan Tahun Rahmat Tuhan (Lukas 4:14 - 30). Tahun Rahmat Tuhan adalah tahun ke-50 yaitu Yobel (Imamat 25:10, dst) yang merupakan Sabat Akbar sebagai penutup 7 kali Sabat tahun. Menarik sekali mengamati bahwa Sabat itu artinya tidak hanya hari Sabtu tapi bisa juga tahun ke-7, dan juga tahun ke-50, tahun pertama dari 7 tahunan setelah 7 kali 7 tahun. Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan atas hari Sabat (Markus 2: 28) dan diri-Na telah menggenapi ‘Tahun Rahmat Tuhan’ atau ‘Sabat Yobel’ itu (Lukas 4: 21). 

Kotbah di bukit (Matius 5: 17 - 48) menunjukkan sikap Yesus terhadap Taurat. Ia mengatakan bahwa “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (ay.17) bahkan dikatakan bahwa ‘satu iota atau satu titik pun tiada akan ditiadakan dari hukum Taurat” (ay.18), dan Ia mengatakan bahwa kita harus mengajarkan dan melakukan segala hukum Tuhan” (ay.19). Namun, apakah maksudnya bahwa Taurat harus tetap dijalankan seperti pengertian Farisi dan ahli Taurat? Dari konteksnya kita dapat melihat bahwa ternyata tidak. Yesus memberi pengertian Taurat yang lebih dalam secara rohaniah berbeda dengan pengertian orang farisi yang bersifat harfiah dan jasmaniah. Membunuh bukan sekedar mematikan orang tapi juga kemarahan (ay.21 - 22), nafsu di hati sudah merupakan zinah (ay.27-28), sumpah digantikan dengan berkata benar (36 - 37), hukum balas ‘mata ganti mata’ diganti maaf memberi pipi (38-39), membenci musuh diganti dengan mengasihi musuh (ay.43 - 44), dan lain-lain. Yesus ternyata memberi pengertian mengenai Taurat yang benar berbeda dengan orang Farisi, ahli Taurat dan tradisi Yahudi mengertikannya. 

Soal adat-istiadat Yahudi seperti pengertian ‘najis’ dan ‘kudus’ juga membedakan Yesus dengan orang Farisi dan ahli Taurat (Markus 7: 1 - 5), tidak ada makanan yang najis sebab yang menajiskan adalah yang keluar dari mulut (ay.15 - 23). Yesus mengatakan: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia” (ay.6 - 8). 

Dalam soal Sabat, ternyata Yesus memberikan pengertian yang berseberangan pula dengan orang Farisi dan ahli Torat. Yesus mengatakan bahwa: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Markus 2: 27 - 28). Ayat ini sering di salah tafsirkan seakan-akan menunjukkan perintah untuk memelihara Sabat, padahal konteks perikop ayat itu berbicara sebaliknya, yaitu membantah pengertian orang Farisi mengenai memelihara Sabat! Dalam konteks ayat itu jelas Yesus menunjukkan sikap membela pelanggaran Sabat, tetapi itu tidak berarti melanggar Sabat Allah melainkan melanggar Sabat yang ditafsirkan keliru oleh orang Farisi dan ahli Taurat. 

Sabat adalah suatu perhentian dan pembebasan namun orang Farisi dan ahli Taurat menjadikannya suatu kesukaran dan perbudakan. Yesus sering menyembuhkan orang pada hari Sabat dan ini dianggap oleh orang Farisi dan ahli Taurat sebagai melanggar Sabat bahkan mereka ingin membunuh-Nya karena itu (Matius 12: 9 - 14). Yesus mengecam orang Farisi dan ahli Taurat yang “mengikat beban berat dan meletakkan di atas bahu orang ... mereka menekankan ritus ibadat lahiriah dan miskin rohaniah.” Ini dikatakan oleh Yesus dalam ‘nama Tuhan!” (Matius 23). Dari sini kita dapat melihat apa arti ‘tidak meniadakan tetapi menggenapi Taurat’ yaitu memberikan pengertian ‘hakekat daripada tersurat’. Demikian juga inti Sabat yang ‘tersurat’ diberi pengertian ‘hakekat’nya oleh Yesus sebagai sesuatu yang mendatangkan damai sejahtera dan kelegaan kepada manusia. Yesus mengatakan: “marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11: 28). Kata ‘kelegaan’ (terjemahan lama: sentosa) adalah terjemahan kata Yunani ‘katapausis’ yang merupakan terjemahan kata bahasa Ibrani ‘Sabbath.’ 

Sikap Yesus terhadap Sabat secara konsekuen dinyatakan dengan kebangkitannya bukan pada hari Sabat Sabtu tetapi ‘pada hari pertama dalam minggu’ (Mat.28:1). Ini menarik karena ke’Tuhan’annya tidak dinyatakan pada hari ‘Sabat Sabtu’ tetapi pada ‘hari Minggu’ karena Ia telah mendatangkan Sabat Yobel bagi manusia. Demikian juga pada hari itu Ia mendatangi para murid yang berkumpul dan menghadirkan “damai sejahtera dan sukacita” (Yohanes 20: 19 - 23). Seminggu kemudian pada hari minggu ketika para murid kembali berkumpul, para murid mengatakan kepada Thomas bahwa: “kami melihat Tuhan” dan ketika Thomas sendiri melihatnya keluarlah pengakuan “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20: 24 - 29), pengakuan jemaat awal yang menegaskan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ yang identik dengan pengakuan kepada Allah sendiri (Mazmur 35: 23 - 24). 

Dari sinilah kemudian timbul istilah ‘Hari Tuhan’ (kuriake Hemera) untuk menyebut hari pertama dalam minggu dimana Yesus menyatakan diri sepenuhnya sebagai ‘Tuhan’. Rasul Yohanes melihat penglihatan pada ‘hari Tuhan’ (Wahyu 1: 10) dan ‘hari Tuhan’ juga akan menunjukkan hari kedatangan-Nya yang kedua kali untuk menghakimi manusia (Kisah rasul 2: 20; 2 Petrus.3: 10). Kaum Adventis berargumentasi bahwa ‘kuriake Hemera’ adalah hari Sabtu karena dalam Perjanjian Lama hari Sabat disebut sebagai ‘hari Allah’, tetapi kita melihat bahwa istilah ‘hari Tuhan’ dalam Perjanjian Baru tidak ditujukan kepada Yahweh melainkan kepada Tuhan Yesus. 

Menarik untuk diketahui bahwa setelah ‘bangkit pada hari minggu’ Yesus menyatakan diri pada para murid pada ‘hari minggu’ dimana mereka berkumpul mengenang hari kebangkitan Yesus untuk makan roti dan doa (band. Kisah Rasul 20: 7). Ia tidak menyatakan diri pada hari Sabat kepada orang orang Yahudi, demikian juga pada hari kebangkitan-Nya ia mengaruniakan ‘Roh Kudus’ kepada murid-murid-Nya (Yohanes 20: 22), dan Roh Kudus dicurahkan kepada umat manusia pada ‘hari Minggu’ yaitu pada hari ‘Pentakosta’ (hari ke-50). Semua ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus memang menghendaki kita menjadikan ‘hari Minggu’ sebagai ‘hari Tuhan’ dimana kita menjalankan Sabat, bukan dalam pengertian Sabat Yahudi, namun dalam pengertian ‘Tahun Rahmat Tuhan’, Sabat Akbar yang membebaskan umat manusia. 

Berbeda dengan Mrs. Ellen Gould White, tokoh kultus Adventisme, yang mengatakan bahwa “Pengabaian Sabat adalah dosa yang paling besar dari segala dosa, dan dosa itu dilakukan oleh gereja-gereja,” Tuhan Yesus justru hadir dan merestui pertemuan ibadat murid-murid-Nya pada ‘hari Minggu’ dan mengatakan: “Eireenee humin” (damai sejahtera bagi kamu). Di sinilah kita melihat perbedaan antara Taurat Perjanjian Lama yang penuh beban dan Anugerah Perjanjian Baru yang penuh damai sejahtera. Karena itu umat Kristen harus sadar untuk menghayati anugerah Tuhan Yesus yang kita kenang dalam pertemuan ibadat kita setiap hari minggu dengan kasih.

Tradisi Sabat - Sejarah dan Perkembangannya

The rabbis of antiquity deduced that all labors necessary for constructing a sanctuary and its appurtenances should serve as the blueprint for Shabbat prohibitions.
And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested (SABAT) on the seventh day from all his work which he had made. (Genesis 2:2 - KJV)

Pada zaman ini, banyak orang mengartikan Sabat sebagai hari Sabtu atau hari ke tujuh. Namun, menurut bahasa aslinya, Sabat bukan berarti Sabtu, meskipun Sabtu merupakan hari Sabat. Sabat dalam bahasa Ibrani שָׁבַת - SHABAT, yang bermakna berhenti, membuang atau melepaskan. Perhatikan ayat dibawah ini.

Kejadian 2:1 - 4
2:1 LAI (TB): Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya.
KJV: Thus the heavens and the earth were finished, and all the host of them. 
Hebrew: 
וַיְכֻלּוּ הַשָּׁמַיִם וְהָאָרֶץ וְכָל־צְבָאָם׃ 
Translit Interlinear: VAYEKHULU {demikian mereka diselesaikan, Verb Pual Imperfect 3rd Mas. Pl.} HASHAMAYIM {langit itu} VEHA'ARETS {dan bumi itu} VEKHOL-TSEVA'AM {dengan segala isinya} 

2:2 LAI (TB): Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia (SABAT) pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.
KJV: And on the seventh day God ended his work which he had made; and he rested (SABAT) on the seventh day from all his work which he had made. 
Hebrew: 
וַיְכַל אֱלֹהִים בַּיֹּום הַשְּׁבִיעִי מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר עָשָׂה וַיִּשְׁבֹּת בַּיֹּום הַשְּׁבִיעִי מִכָּל־מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר עָשָׂה׃ 
Translit Interlinear: VAYEKHAL {dan Ia mengakhiri, Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'ELOHIM {Allah} BAYOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} MELAKHTO {pekerjaan-Nya} 'ASHER {yang} 'ASAH {Dia telah mengejakan, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} VAYISH'BOT {dan Dia berhenti/ beristirahat (SABAT), Verb Qal Imperfect 3rd Mas. Sing.} BAYOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} MIKOL-MELAKHTO {dari segala pekerjaan-Nya} 'ASHER {yang} 'ASAH {Dia telah mengerjakan, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} 

2:3 LAI (TB): Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti (SABAT) dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
KJV: And God blessed the seventh day, and sanctified it: because that in it he had rested (SABAT) from all his work which God created and made. 
Complete Jewish Bible (CJB), God blessed the seventh day and separated it as holy; because on that day God rested from all his work which he had created, so that it itself could produce.
Hebrew:
וַיְבָרֶךְ אֱלֹהִים אֶת־יֹום הַשְּׁבִיעִי וַיְקַדֵּשׁ אֹתֹו כִּי בֹו שָׁבַת מִכָּל־מְלַאכְתֹּו אֲשֶׁר־בָּרָא אֱלֹהִים לַעֲשֹׂות׃ פ
Translit Interlinear: VAYEVAREKH {dan Dia memberkati, Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'ELOHIM {Allah} 'ET-YOM {pada hari} HASHEVI'I {ketujuh} VAYEQADESH {dan Dia menguduskannya (Dia memisahkannya/ Dia mengkhususkannya), Verb Piel Imperfect 3rd Mas. Sing.} 'OTO {pada (hari) itu} KI {sebab} VO {di dalamnya} SHAVAT {Ia telah berhenti, Verb Qal Perfect 3rd Mas. Sing.} MIKOL-MELAKHTO {dari segala pekerjaan-Nya} 'ASHER-BARA {yang Dia telah menciptakan} 'ELOHIM {Allah} LA'ASOT {menciptakan. Verb Qal Infinitive Construct} 

2:4 LAI (TB): Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika TUHAN Allah menjadikan bumi dan langit, --
KJV: These are the generations of the heavens and of the earth when they were created, in the day that the LORD God made the earth and the heavens, 
Hebrew: 
אֵלֶּה תֹולְדֹות הַשָּׁמַיִם וְהָאָרֶץ בְּהִבָּרְאָם בְּיֹום עֲשֹׂות יְהוָה אֱלֹהִים אֶרֶץ וְשָׁמָיִם׃ 
Translit Interlinear: 'ELEH {hal-hal inilah} TOLEDOT {riwayat/ silsilah}HASHAMAYIM {langit itu} VEHA'ARETS {dan bumi itu} BEHIBARE'AM {ketika mereka diciptakan, Verb Nif'al Infinitive + 3rd Mas. Pl.} BEYOM {pada hari} 'ASOT {menjadikan, Verb Qal Infinitive Construct} YEHOVAH (dibaca 'Adonay, TUHAN) 'ELOHIM {Allah} 'ERETS {bumi} VESHAMAYIM {dan langit itu}

Pasal ke 2 secara khusus mengartikan Sabat sebagai hari ke-tujuh ( יוֹם שְׁבִיעִי - YOM SHEVI'I atau יוֹם שַׁבָּת - YOM SABAT) dimana Allah berhenti dan beristirahat dari pekerjaan penciptaannya. Allah memberkati hari ke-tujuh tersebut dan membuatnya sebagai hari yang berbeda dengan hari - hari yang lain. Pada saat Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Ia memerintakan Musa untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat.

Keluaran 20: 8
LAI (TB): Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
KJV: Remember the sabbath day, to keep it holy. 
The Complete Jewish Bible: “Remember the day, Shabbat, to set it apart for God. 
Hebrew:
זָכֹור אֶת־יֹום הַשַּׁבָּת לְקַדְּשֹֽׁו ׃
Translit Interlinear: ZAKHOR {ingatlah} 'ET-YOM {hari} HASHABAT {sabat itu} LEQADESHO {untuk menguduskan dia, untuk memisahkan dia, untuk mengkhususkan dia}

Berdasarkan etimologi, kata benda sabat dari akar kata Ibrani syin-bet-tau berasal dari kata kerja dengan akar kata yang sama yang mengandung arti berhenti dari sesuatu seperti contoh ayat-ayat di atas, dapat pula ditelaah dari Yosua 5:12, "berhentilah manna itu", Nehemia 6:3, "Untuk apa pekerjaan ini terhenti", Ayub 32:1, "ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka", Yesaya 24:8, "Kegirangan suara rebana sudah berhenti", dan lain-lain.

Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata שֶׁבַע SHEVA' (tujuh) karena ritme tujuh hari yang keras dari pada sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara sabat dengan kata bahasa Akad syapattu (hari ketujuh yang kedua). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan sabat di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (dies nefasti). Barangkali hari sabat pada zaman pengembangan Israel dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bandingkan paralelisme sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raja-raja 4:23; Yesaya 1:13; Yehezkiel 46:1, dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Keluaran 23:12 sebelum zaman para raja).

Sabat dan Kehidupan Orang Yahudi
Speak thou also unto the children of Israel, saying, Verily my sabbaths ye shall keep: for it is a sign between me and you throughout your generations; that ye may know that I am the Lord that doth sanctify you. (Exodus 31: 13 - KJV)


Terlepas dari pentingnya hari Sabat dalam kehidupan Yahudi, Taurat memberikan beberapa detail mengenai peraturan ibadah. Terlepas dari perintah yang sering diulangi untuk “tidak melakukan pekerjaan” pada hari Sabat (Keluaran 20:10, 35: 2, dan Ulangan 5:14, dsb), satu-satunya kekhususan lain yang disebutkan adalah beberapa larangan seperti larangan terhadap ranting api, mengumpulkan kayu, dan membajak sawah

Setelah abad ke 70 M, ketika Romawi menghancurkan Bait Allah di Yerusalem, para rabi zaman dulu telah bekerja secara intensif untuk mengadaptasi tradisi dan ajaran Alkitab dengan kenyataan bahwa kehidupan keagamaan orang Yahudi tanpa ada pusat ibadah. Dalam prosesnya, mereka menciptakan dasar Yudaisme rabinik, yang berfungsi sebagai dasar kehidupan Yahudi modern. Salah satu dorongan utama dari usaha para rabi ini adalah menetapkan aturan untuk mematuhi hari Sabat, dalam menempatkan diri mereka sendiri pada tradisi populer yang ada.

Berdasarkan interpolasi yang tampaknya acak dari hukum untuk berhenti bekerja pada hari Sabat di tengah - tengah deskripsi mengenai bagaimana orang Israel membangun Kemah Suci, tempat kudus portabel (Keluaran 31:13), para rabi zaman dulu menyimpulkan bahwa semua pekerjaan diperlukan untuk membangun tempat suci seperti itu dan perlengkapannya harus berfungsi sebagai cetak biru untuk larangan pada hari Sabat. Para rabi menentukan yang kegiatan - kegiatan hari Sabat ini, dan apa pun yang serupa atau terkait dengannya membentuk dasar dari pembatasan hari Sabat di masa depan. Dengan demikian, mereka memilih untuk memusatkan larangan hari Sabat pada kegiatan yang melibatkan penciptaan dan penghancuran, dan mereka menambahkannya ke dalam daftar ini, kegiatan lain yang tidak secara khusus dilarang dalam pandangan mereka, namun demikian tidak sesuai dengan peraturan hari Sabat.

Para rabi juga menerjemahkan ke dalam liturgi konkret peringatan dalam Taurat untuk "mengingat" dan "menjaga" hari Sabat "[untuk] menguduskannya." Dengan demikian para rabi menciptakan ritual kiddush atau "pengudusan" (berkat khusus), dan biasanya diucapkan sambil minum anggur) dan liturgi Sabat yang rumit sebagai konten aktif yang diperlukan dari ibadah Sabat agar sejalan dengan larangan dalam bekerja.

Beberapa ilmuwan telah berpendapat, berdasarkan referensi pada ibadah Sabat dalam karya-karya penulis non-Yahudi dalam bahasa Yunani dan Latin, bahwa para rabi talmudik dengan sengaja mereformasi suatu kebiasaan ibadah Sabat yang lebih awal dan lebih suram di antara orang-orang Yahudi di dunia Helenistik, menafsirkan kembali Taurat di cara-cara baru untuk membentuk pengalaman Sabat yang aktif dan menyenangkan.

Di antara orang Yahudi di Abad Pertengahan, otoritas dalam hukum Yahudi mengadaptasi (dan sering memperpanjang) Sabat untuk memenuhi perubahan realitas sosial dan teknologi, sementara para penyair di antara orang-orang sezaman mereka menciptakan penambahan hiasan yang rumit untuk liturgi Sabat dan lagu-lagu (zemirot) untuk dinyanyikan saat makan Sabat. Para mistikus abad-abad itu memberikan pemahaman baru mengenai Sabat, yang digambarkan sebagai ratu dan sebagai pengantin perempuan untuk disambut,  dipuji, dan dikawal pergi saat permulaannya.

Ibadah Sabat selanjutnya telah mengambil bentuk yang berbeda sesuai dengan adat istiadat yang berkembang dan pandangan ideologis yang bervariasi. Dari zaman kuno sampai zaman modern, ibadah Sabat telah berfungsi sebagai batu ujian bagi individu Yahudi untuk mengidentifikasi dirinya dengan komunitas tertentu di dalam orang - orang Yahudi. Dewasa ini, misalnya, orang-orang Yahudi tradisional menahan diri dari penerangan atau cenderung menyalakan api. Kemudian beberapa menjauhkan diri tidak hanya dari mengendarai mobil ke sinagog saat hari Sabat tetapi bahkan dari menyalakan lampu listrik. Namun, orang-orang Yahudi yang pendekatannya terhadap tradisi yang lebih modern akan menggunakan listrik pada Sabat, dan tidak penafsiran listrik sebagai api.

Tidak diragukan lagi, beberapa aturan spesifik ibadah sabat yang telah lama berfungsi sebagai kerangka pertikaian internal bagi komunitas Yahudi justru karena peran penting yang dimainkan Sabat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Seperti yang ditulis Ahad Ha-Am, salah satu penulis Yahudi awal terpenting di abad terakhir, "Lebih dari orang-orang Yahudi yang memelihara Sabat, Sabat telah melindungi orang-orang Yahudi."

Tuhan Yesus, Hari Sabat, dan Perkembangannya bagi Umat Kristen Saat Ini
Setelah pembaptisan oleh Yohanes Pembaptis kita mulai melihat pandangan Yesus terhadap Taurat mulai berseberangan dengan orang Farisi, Ahli Torat, dan adat istiadat Yahudi. Yesus mulai menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’ yang mengakibatkan ia dianggap menghujat, dan sekalipun menurut kebiasaan pada hari Sabat Ia biasa masuk ke rumah ibadat, kita dapat melihat bahwa kesempatan itu digunakan untuk menyatakan otoritasnya kepada umat Yahudi dengan membaca Alkitab dan mengajar, bahkan kemudian Ia menyatakan dirinya memiliki Roh Tuhan dan diurapi Tuhan untuk untuk menjalankan pembebasan dan memberitakan Tahun Rahmat Tuhan (Lukas 4:14 - 30). Tahun Rahmat Tuhan adalah tahun ke-50 yaitu Yobel (Imamat 25:10, dst) yang merupakan Sabat Akbar sebagai penutup 7 kali Sabat tahun. Menarik sekali mengamati bahwa Sabat itu artinya tidak hanya hari Sabtu tapi bisa juga tahun ke-7, dan juga tahun ke-50, tahun pertama dari 7 tahunan setelah 7 kali 7 tahun. Yesus menyatakan diri sebagai Tuhan atas hari Sabat (Markus 2: 28) dan diri-Na telah menggenapi ‘Tahun Rahmat Tuhan’ atau ‘Sabat Yobel’ itu (Lukas 4: 21). 

Kotbah di bukit (Matius 5: 17 - 48) menunjukkan sikap Yesus terhadap Taurat. Ia mengatakan bahwa “Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (ay.17) bahkan dikatakan bahwa ‘satu iota atau satu titik pun tiada akan ditiadakan dari hukum Taurat” (ay.18), dan Ia mengatakan bahwa kita harus mengajarkan dan melakukan segala hukum Tuhan” (ay.19). Namun, apakah maksudnya bahwa Taurat harus tetap dijalankan seperti pengertian Farisi dan ahli Taurat? Dari konteksnya kita dapat melihat bahwa ternyata tidak. Yesus memberi pengertian Taurat yang lebih dalam secara rohaniah berbeda dengan pengertian orang farisi yang bersifat harfiah dan jasmaniah. Membunuh bukan sekedar mematikan orang tapi juga kemarahan (ay.21 - 22), nafsu di hati sudah merupakan zinah (ay.27-28), sumpah digantikan dengan berkata benar (36 - 37), hukum balas ‘mata ganti mata’ diganti maaf memberi pipi (38-39), membenci musuh diganti dengan mengasihi musuh (ay.43 - 44), dan lain-lain. Yesus ternyata memberi pengertian mengenai Taurat yang benar berbeda dengan orang Farisi, ahli Taurat dan tradisi Yahudi mengertikannya. 

Soal adat-istiadat Yahudi seperti pengertian ‘najis’ dan ‘kudus’ juga membedakan Yesus dengan orang Farisi dan ahli Taurat (Markus 7: 1 - 5), tidak ada makanan yang najis sebab yang menajiskan adalah yang keluar dari mulut (ay.15 - 23). Yesus mengatakan: “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia” (ay.6 - 8). 

Dalam soal Sabat, ternyata Yesus memberikan pengertian yang berseberangan pula dengan orang Farisi dan ahli Torat. Yesus mengatakan bahwa: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Markus 2: 27 - 28). Ayat ini sering di salah tafsirkan seakan-akan menunjukkan perintah untuk memelihara Sabat, padahal konteks perikop ayat itu berbicara sebaliknya, yaitu membantah pengertian orang Farisi mengenai memelihara Sabat! Dalam konteks ayat itu jelas Yesus menunjukkan sikap membela pelanggaran Sabat, tetapi itu tidak berarti melanggar Sabat Allah melainkan melanggar Sabat yang ditafsirkan keliru oleh orang Farisi dan ahli Taurat. 

Sabat adalah suatu perhentian dan pembebasan namun orang Farisi dan ahli Taurat menjadikannya suatu kesukaran dan perbudakan. Yesus sering menyembuhkan orang pada hari Sabat dan ini dianggap oleh orang Farisi dan ahli Taurat sebagai melanggar Sabat bahkan mereka ingin membunuh-Nya karena itu (Matius 12: 9 - 14). Yesus mengecam orang Farisi dan ahli Taurat yang “mengikat beban berat dan meletakkan di atas bahu orang ... mereka menekankan ritus ibadat lahiriah dan miskin rohaniah.” Ini dikatakan oleh Yesus dalam ‘nama Tuhan!” (Matius 23). Dari sini kita dapat melihat apa arti ‘tidak meniadakan tetapi menggenapi Taurat’ yaitu memberikan pengertian ‘hakekat daripada tersurat’. Demikian juga inti Sabat yang ‘tersurat’ diberi pengertian ‘hakekat’nya oleh Yesus sebagai sesuatu yang mendatangkan damai sejahtera dan kelegaan kepada manusia. Yesus mengatakan: “marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11: 28). Kata ‘kelegaan’ (terjemahan lama: sentosa) adalah terjemahan kata Yunani ‘katapausis’ yang merupakan terjemahan kata bahasa Ibrani ‘Sabbath.’ 

Sikap Yesus terhadap Sabat secara konsekuen dinyatakan dengan kebangkitannya bukan pada hari Sabat Sabtu tetapi ‘pada hari pertama dalam minggu’ (Mat.28:1). Ini menarik karena ke’Tuhan’annya tidak dinyatakan pada hari ‘Sabat Sabtu’ tetapi pada ‘hari Minggu’ karena Ia telah mendatangkan Sabat Yobel bagi manusia. Demikian juga pada hari itu Ia mendatangi para murid yang berkumpul dan menghadirkan “damai sejahtera dan sukacita” (Yohanes 20: 19 - 23). Seminggu kemudian pada hari minggu ketika para murid kembali berkumpul, para murid mengatakan kepada Thomas bahwa: “kami melihat Tuhan” dan ketika Thomas sendiri melihatnya keluarlah pengakuan “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yohanes 20: 24 - 29), pengakuan jemaat awal yang menegaskan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ yang identik dengan pengakuan kepada Allah sendiri (Mazmur 35: 23 - 24). 

Dari sinilah kemudian timbul istilah ‘Hari Tuhan’ (kuriake Hemera) untuk menyebut hari pertama dalam minggu dimana Yesus menyatakan diri sepenuhnya sebagai ‘Tuhan’. Rasul Yohanes melihat penglihatan pada ‘hari Tuhan’ (Wahyu 1: 10) dan ‘hari Tuhan’ juga akan menunjukkan hari kedatangan-Nya yang kedua kali untuk menghakimi manusia (Kisah rasul 2: 20; 2 Petrus.3: 10). Kaum Adventis berargumentasi bahwa ‘kuriake Hemera’ adalah hari Sabtu karena dalam Perjanjian Lama hari Sabat disebut sebagai ‘hari Allah’, tetapi kita melihat bahwa istilah ‘hari Tuhan’ dalam Perjanjian Baru tidak ditujukan kepada Yahweh melainkan kepada Tuhan Yesus. 

Menarik untuk diketahui bahwa setelah ‘bangkit pada hari minggu’ Yesus menyatakan diri pada para murid pada ‘hari minggu’ dimana mereka berkumpul mengenang hari kebangkitan Yesus untuk makan roti dan doa (band. Kisah Rasul 20: 7). Ia tidak menyatakan diri pada hari Sabat kepada orang orang Yahudi, demikian juga pada hari kebangkitan-Nya ia mengaruniakan ‘Roh Kudus’ kepada murid-murid-Nya (Yohanes 20: 22), dan Roh Kudus dicurahkan kepada umat manusia pada ‘hari Minggu’ yaitu pada hari ‘Pentakosta’ (hari ke-50). Semua ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus memang menghendaki kita menjadikan ‘hari Minggu’ sebagai ‘hari Tuhan’ dimana kita menjalankan Sabat, bukan dalam pengertian Sabat Yahudi, namun dalam pengertian ‘Tahun Rahmat Tuhan’, Sabat Akbar yang membebaskan umat manusia. 

Berbeda dengan Mrs. Ellen Gould White, tokoh kultus Adventisme, yang mengatakan bahwa “Pengabaian Sabat adalah dosa yang paling besar dari segala dosa, dan dosa itu dilakukan oleh gereja-gereja,” Tuhan Yesus justru hadir dan merestui pertemuan ibadat murid-murid-Nya pada ‘hari Minggu’ dan mengatakan: “Eireenee humin” (damai sejahtera bagi kamu). Di sinilah kita melihat perbedaan antara Taurat Perjanjian Lama yang penuh beban dan Anugerah Perjanjian Baru yang penuh damai sejahtera. Karena itu umat Kristen harus sadar untuk menghayati anugerah Tuhan Yesus yang kita kenang dalam pertemuan ibadat kita setiap hari minggu dengan kasih.
Show Comments

Berlangganan Sekarang