Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku."
*(Mazmur 131:2)*
Merenungkan nast ini secara mendalam akan membuat kita menemukan hati sang penulis yang begitu tegar dalam Tuhan. Kepercayaannya pada Tuhan tidak tidak tergoyahkan, sehingga ia berkata "aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya.." ditengah hidup yang tidak mudah namun memutuskan untuk tetap tinggal dalam Tuhan dengan tenang.
Inilah iman yang menghasilkan roh yang tentram. Iman yang sempurna.
Kita mungkin ingin punya iman yang sempurna, namun telah lama menjalani hidup ini bersama Tuhan kita tidak juga menemukan iman itu. Kita berusaha dan berusaha, tetapi tak juga menemukannya. Bahkan karena hal ini banyak orang menjadi frustasi dan akhinya mundur.
Mengapa? Karena kita selama ini hanya menggunakan iman yang ada pada kita hanya untuk mengalami berkat dan mujizat, ingin memuaskan diri sendiri, sehingga yang terjadi tubuh rohani kita menjadi kerdil.
IMAN yang benar:
Menyerahkan, mempercayakan diri dan hidup kita untuk dipakai oleh Tuhan.
Bukan memaksa Tuhan untuk melakukan segala sesuatu yang kita inginkan.
Menyerahkan diri pada Tuhan berarti membiarkan Tuhan berkarya dengan leluasa di dalam hidup kita, seharusnya kita telah menyadari bahwa kita tidak punya pilihan lain lagi selain hidup untuk Tuhan, karena Tuhan telah menebus hidup kita secara lunas dengan darahNya yang mahal. Bukan berarti kita hanya diam berpangku tangan, namun mengembangkan hidup kita dengan talenta yang ada untuk mengalami hidup yang berhasil, sehingga hidup kita memuliakan nama Tuhan.
Iman yang sempurna tetap diam dengan tenang di hadapan Tuhan,. seperti anak yang tidak takut apapun saat ia.berbaring dengan ibunya. Karena ia percaya bahwa ibunya akan melindunginya dari bahaya. Begitulah seharusnya hidup kita bersama Tuhan.
Syalom....
Selamat pagi...
Tuhan Yesus memberkati.
#SPS