Kesaksian Hidup - My Precious Life (Bag 3 - Masa Kecilku) - Dikasihi.id

Halaman

My Precious Life - Selvy Pritawati Sudarlin
Disadur dari Buku "My Precious Life" oleh Selvi Pritawati Sudarlin.  
Editor : Lamsihar Iruel

Betapa indahnya masa kecil bila anak itu adalah anak yang sehat dan tidak perlu memikirkan beban dan Penderitaan yang menyakitkan. Tidak perlu ikut berjuang melawan kerasnya kehidupan, dan hanya harus menikmati masa bermain dan belajar di sekolah saja. Itu impian setiap anak-anak. Saya sangat merindukannya. Saya ingin ikut bermain,  tapi tidak hanya bisa bermimpi, saya ingin melakukan semua hal yang di lakukan anak-anak lain dengan orang tua mereka, saya ingin sekolah, namun itu semua hanyalah mimpi yang Menjadi bunga saat tidur dan saya bertanya pada Tuhan, "mengapa aku seperti ini? Mengapa tidak seperti anak-anak lain? Mengapa kaki ini tidak bisa berjalan?" pertanyaan seorang anak kecil yang polos, namun saya tak juga menemukan jawabannya. Mungkin aku n anak atau anak yang jelek hingga aku menjadi seperti ini. Batinku.


Badan saya agak ringan dan bisa duduk saat saya berumur tujuh tahun, dengan perjuangan yang panjang.. Waktu itu malam Natal tahun 1997. Aku dan papa tinggal di rumah, sementara mama dan adik-adikku pergi ke gereja untuk merayakan Natal. (Entahlah mengapa aku tidak bisa lupa dengan malam itu.) saat itu papa sudah tidur karena capek. Aku sedih karena sendirian dan masih terjaga. aku selalu menangis kalau mama pergi ke gereja. Aku juga ingin ikut.


Namun keadaan tubuh ku yang sakit terus membuatku menangis, dan menangis sampai mata terlelap tidur. Entah mengapa saat itu ada keinginan yang kuat dalam hati ku untuk duduk. Dan aku pun bisa duduk... Aku yang heran hanya bisa menangis ketakutan sendirian. Mama dan adik-adikku yang datang sangat senang melihatku sudah bisa duduk..  "Nah ... Mah,, Selvy bisa duduk.." teriak adikku Aya kesenangan. tentu saja ini adalah mujizat yang ketiga kalinya aku dapatkan. 1. Aku bisa hidup kembali, 2. pikiran yang normal, dan ini yang ketiga, aku bisa duduk! Namun aku tidak menyadarinya, sebagai anak kecil aku tidak
aku tidak menyadarinya, sebagai anak kecil aku tidak mengerti bahwa inilah keajaiban yang Tuhan berikan kepadaku. yang aku tahu, "aku mau bisa berjalan seperti anak-anak yang lain." ***

Hidup sebagai ABK bukanlah perkara yang mudah, baik itu pada si anak maupun orang tuanya. Kadang ada pertanyaan, "bisakah ini aku jalani..?" tak bisa di pungkiri hati ku lelah, jiwaku sangat labil. Dan sering aku bertanya dalam hati, "apakah orang-orang Mengerti isi hatiku.? apakah mama papa sayang padaku atau tidak? Kenapa yang di ajak jalan cuma adik-adik? Aku selalu di rumah dan di rumah?" kadang ketika mereka meninggalkan aku sendirian di rumah aku menangis tanpa ada yang tahu. Walaupun mereka pulang membawa sesuatu untukku, hati ini tetap saja tidak terlalu senang.  Sebenarnya bukan mereka tidak mau membawaku, namun keadaanlah yang harus membuat hati mereka tega, walaupun sebenarnya hati mereka terluka. Waktu itu aku tidak punya kursi roda.  keadaan yang serba sulitlah yang membuat mama dan papa tidak bisa membelinya. dan aku yang adalah anak kecil tidak mengerti dengan keadaan itu. Aku pun hidup menjadi anak yang sangat sensitif, egois dan mudah tersinggung. Dan juga pemarah. Sikap periang yang seharusnya di miliki seorang anak tidak ada padaku.


Semuanya harus menjadi milikku, Mainan, dan makanan itu semuanya milikku! Dan adikku harus mengalah, jika tidak satu harian akan
adikku harus mengalah, jika tidak satu harian akan aku habiskan dengan menangis, bertiak-tetiak. Kalau sudah begitu aku akan berkata sambil berteriak "coba kalian jadi aku! Baru tahu rasanya gimana!" Dengan emosi yang tidak stabil aku hidup sebagai anak yang frustari. Ada beberapa hamba Tuhan yang datang ke rumah untuk mendoakanku, namun aku tidak suka, aku selalu menangis ketika mereka doakan. mungkin saja karena itu Mereka mengira aku ini mengidap keterbelakangan mental. (Sejujurnya saya pribadi pun tidak percaya dengan saya yang sekarang ini, yang telah begitu Berubah, namun itulah kuasa Tuhan yang sanggup mengubah hati yang keras menjadi hati yang lembut, dan memancarkan kasihNya) Aku tidak punya teman bermain selain adik-adikku.


Orang tuaku mendidik mereka untuk mengasihiku, dan menghormatiku karena aku Kakak tertua mereka. Dan mereka pun melakukannya dan Memperlakukan aku seperti teman mereka. bahkan sahabat. Mereka tidak sungkan untuk meminta saran dariku, dan mencurahkan isi hati mereka tentang apapun. Sampai sekarang tetap begitu. mereka tidak malu pada temantemannya untuk mengatakan bahwa aku kakak mereka. Dan mereka akan membelaku ketika ada anak-anak yang mengejekku walau harus berkelahi dengan anak-anak itu.

Mengenai kenakalan namanya anak kecil aku juga memiliki sifat itu. Aku punya banyak ide. Tetapi karena aku tidak bisa melakukannya aku menyuruh adikku yang melakukan ide-ideku. mereka pun mau saja yang melakukan ide-ideku. mereka pun mau saja menurutiku.  Walaupun hal itu berupa membuat baju barbie dari baju tidur baru mama, membuat kue dari tepung beras yang ditumbuk. Kadang berasnya jadi busuk karena terlalu banyak beras yang direndam. Tentu saja mama marah ketika pulang dari ladang dan mendapatkan kekacauan itu. Cubitan pun tidak bisa kami hindarkan. (Wah... Saya dulu nakal juga)  Tidak ada yang berbeda antara aku dan adik-adikku, jika nakal pasti mendapatkan hajaran yang sama.


Namun aku hidup dengan rasa benci terhadap diri ku sendiri. Aku tidak suka diriku! Aku minder, sangat malu. Aku selalu menutupi kakiku dengan selimut, tidak mau melepaskan selimut itu sekalipun sudah buruk dan sobek. (kalau saya menoleh kepada masa lalu, saya sering berkata pada diri sendiri "dulu aku benar-benar gila karena Frustasi itu.") Aku tidak suka diriku. Sampai-sampai foto ku aku hancurkan semuanya. Itulah mengapa di dalam buku ini tidak ada foto-foto masa kecilku. (Saya sedikit menyesal sekarang. Sebenarnya foto-foto itu sangat berguna untuk buku ini)  karena dulu dalam pikiran ku, aku ini tidak berharga bagi siapapun, tidak ada yang sayang padaku, aku ini jelek sekali dan aku ini cuma orang cacat! Hanya hal-hal negatif itulah yang tertanam di dalam pikiran ku. Begitu pahit masa kecilku. Walaupun orang tua memberikan pengertian tapi tetap saja hati ini tidak bisa menerimanya. aku tetap menganggap diri ku tidak berguna. 

Keluarga
Keluarga
Hari-hariku tetap aku jalani, ya, mau tidak mau karena aku masih hidup. Aku tidak pernah bersyukur untuk apapun yang ada padaku, semua selalu Salah dimataku. Kalau marah, aku selalu berteriak "Aku mau mati, aku mau mati!!" dan tanpa aku sadari sikap burukku pada hidup membuat mama dan papa menjadi strss dan tertekan, yang membuat mereka kadang menjadi kasar kepadaku. Itulah yang membuatku menjadi salah faham pada kasih sayang mereka. Siapa sih yang tahan kalau anaknya mempunyai tabiat yang buruk? Padahal sudah di didik dengan baik.

Begitulah kehidupan di masa kecilku. Yang sangat jauh dari kata kebahagiaan anak-anak pada umumnya. Masa kecilku kurang bahagia. Namun ditengah semua itu Tuhan mentuntun hidupku pada perjuangan demi perjuangan untuk dapat hidup sendiri. Walaupun pengetahuan ku kala itu terbatas terhadapNya  mama yang selalu menemani harihariku, merawatku dengan sabar dan membuatku semangat untuk BISA melakukan segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan. Mama melatih tanganku, sampai aku bisa memegang sendiri.


Melatihku merangkak. Walaupun tak terhitung kepalaku ini terbentur dilantai karena terjatuh, bibirku yang berdarah karena terjatuh, sampai sekarang bekas lukanya masih ada dibibirku kanan dan kiri. Namun di dalam Hatiku selalu ada semangat hidup. Mama berkata semangat hidupku tinggi. malah mama belajar
berkata semangat hidupku tinggi. malah mama belajar dari semangatku untuk terus berjuang. Itu pengakuan mama padaku.. Mama sangat sayang padaku, dan rela meninggalkan apapun itu yang menjadi kesukaannya demi merawatku. baginya itu jauh lebih penting. Setidaknya aku bisa hidup mandiri. Memang ada saran dari seorang temannya untuk mengirimkiu ke yayasan di jawa. Namun mama tidak mau berpisah denganku, karena baginya hanya ialah yang tahu betul bagaimana cara merawatku, Meski ia tahu itu tidak mudah namun ia tahu hanya ia yang layak merawatku.


Bertahun-tahun aku terus hidup dalam perjuangan yang tidak mudah sekaligus menyakitikan. batin dan jiwaku lelah. Aku dilatih untuk bisa makan sendiri dengan tanganku yang kaku dan keras saat itu. Memegang sendok itu sangat sulit, tanganku gemetar menahan rasa kakunya. Kadang nasiku jatuh ke lantai, dan aku sangat muak dengan hal itu. Kalau sudah begitu aku tidak mau makan lagi, sambil menangis sendok Itu aku lemparkan. Dan mama hanya diam saja. Mama mengeraskan hatinya agar aku terus berjuang berlatih. hatiku sakit sekali, namun baginya aku harus berhasil karena tidak selamanya mama bisa merawat dan mengurusku, karena mama juga manusia yang kelak akan pulang kepada Tuhan.


Karena kasih sayang kedua orang tuaku, saya jadi punya semangat juang yang tinggi. Tentunya ini semua tidak lepas dari campur tangan Tuhan dalam
semua tidak lepas dari campur tangan Tuhan dalam hidupku. Sekalipun sakit dan terluka,.walaupun saya juga pernah memutuskan untuk mengakhiri hidup ini, karena tidak menemukan kemajuan tanda keberhasilan latihan-latihan itu. Walaupun saya sudah putus asa, namun Tuhan selalu membuatku ingin dan ingin lagi meneruskan latihan itu. Sehingga akhirnya saya berhasil bisa mengurus diri saya sendiri. Dan itu membuat saya mulai bangkit dan memiliki semangat untuk hidup.


Menuliskan Bab ini membuat saya merasakan kegigihan orang tua saya Dalam melatihku hidup mandiri. Dalam setiap hal yang terjadi mereka selalu ingin yang terbaik bagiku walaupun aku adalah anak yang punya kekurangan  dalam fisik. Bagi mereka aku dan adikku tidak ada perbedaan. Itulah yang mendorong saya untuk tetap hidup.


Mempunyai anak berkebutuhan khusus bukanlah perkara yang mudah. Namun dengan membiarkan mereka dalam keadaannya, itu bukanlah hal yang tepat. Apalagi sampai memperlakukan mereka berbeda dengan anak yang lain. Itu hanya akan membuat mereka terus berada dalam pemikiran bahwa mereka memang lemah dan tidak bisa apa-apa. Selama masih ada Tuhan tetaplah berjuang. jangan takut, selama kita percaya dan berharap padaNya kita pasti bisa. Karena Dia selalu menyertai perjuangan kita dan membawa kita berada dalam kemenangan.  


Untuk Mendownload Versi E-book kamu bisa Download Disini
Kalau bingung, silahkan Japri Admin Melalui LinkWA Disini  

Kesaksian Hidup - My Precious Life (Bag 3 - Masa Kecilku)

My Precious Life - Selvy Pritawati Sudarlin
Disadur dari Buku "My Precious Life" oleh Selvi Pritawati Sudarlin.  
Editor : Lamsihar Iruel

Betapa indahnya masa kecil bila anak itu adalah anak yang sehat dan tidak perlu memikirkan beban dan Penderitaan yang menyakitkan. Tidak perlu ikut berjuang melawan kerasnya kehidupan, dan hanya harus menikmati masa bermain dan belajar di sekolah saja. Itu impian setiap anak-anak. Saya sangat merindukannya. Saya ingin ikut bermain,  tapi tidak hanya bisa bermimpi, saya ingin melakukan semua hal yang di lakukan anak-anak lain dengan orang tua mereka, saya ingin sekolah, namun itu semua hanyalah mimpi yang Menjadi bunga saat tidur dan saya bertanya pada Tuhan, "mengapa aku seperti ini? Mengapa tidak seperti anak-anak lain? Mengapa kaki ini tidak bisa berjalan?" pertanyaan seorang anak kecil yang polos, namun saya tak juga menemukan jawabannya. Mungkin aku n anak atau anak yang jelek hingga aku menjadi seperti ini. Batinku.


Badan saya agak ringan dan bisa duduk saat saya berumur tujuh tahun, dengan perjuangan yang panjang.. Waktu itu malam Natal tahun 1997. Aku dan papa tinggal di rumah, sementara mama dan adik-adikku pergi ke gereja untuk merayakan Natal. (Entahlah mengapa aku tidak bisa lupa dengan malam itu.) saat itu papa sudah tidur karena capek. Aku sedih karena sendirian dan masih terjaga. aku selalu menangis kalau mama pergi ke gereja. Aku juga ingin ikut.


Namun keadaan tubuh ku yang sakit terus membuatku menangis, dan menangis sampai mata terlelap tidur. Entah mengapa saat itu ada keinginan yang kuat dalam hati ku untuk duduk. Dan aku pun bisa duduk... Aku yang heran hanya bisa menangis ketakutan sendirian. Mama dan adik-adikku yang datang sangat senang melihatku sudah bisa duduk..  "Nah ... Mah,, Selvy bisa duduk.." teriak adikku Aya kesenangan. tentu saja ini adalah mujizat yang ketiga kalinya aku dapatkan. 1. Aku bisa hidup kembali, 2. pikiran yang normal, dan ini yang ketiga, aku bisa duduk! Namun aku tidak menyadarinya, sebagai anak kecil aku tidak
aku tidak menyadarinya, sebagai anak kecil aku tidak mengerti bahwa inilah keajaiban yang Tuhan berikan kepadaku. yang aku tahu, "aku mau bisa berjalan seperti anak-anak yang lain." ***

Hidup sebagai ABK bukanlah perkara yang mudah, baik itu pada si anak maupun orang tuanya. Kadang ada pertanyaan, "bisakah ini aku jalani..?" tak bisa di pungkiri hati ku lelah, jiwaku sangat labil. Dan sering aku bertanya dalam hati, "apakah orang-orang Mengerti isi hatiku.? apakah mama papa sayang padaku atau tidak? Kenapa yang di ajak jalan cuma adik-adik? Aku selalu di rumah dan di rumah?" kadang ketika mereka meninggalkan aku sendirian di rumah aku menangis tanpa ada yang tahu. Walaupun mereka pulang membawa sesuatu untukku, hati ini tetap saja tidak terlalu senang.  Sebenarnya bukan mereka tidak mau membawaku, namun keadaanlah yang harus membuat hati mereka tega, walaupun sebenarnya hati mereka terluka. Waktu itu aku tidak punya kursi roda.  keadaan yang serba sulitlah yang membuat mama dan papa tidak bisa membelinya. dan aku yang adalah anak kecil tidak mengerti dengan keadaan itu. Aku pun hidup menjadi anak yang sangat sensitif, egois dan mudah tersinggung. Dan juga pemarah. Sikap periang yang seharusnya di miliki seorang anak tidak ada padaku.


Semuanya harus menjadi milikku, Mainan, dan makanan itu semuanya milikku! Dan adikku harus mengalah, jika tidak satu harian akan
adikku harus mengalah, jika tidak satu harian akan aku habiskan dengan menangis, bertiak-tetiak. Kalau sudah begitu aku akan berkata sambil berteriak "coba kalian jadi aku! Baru tahu rasanya gimana!" Dengan emosi yang tidak stabil aku hidup sebagai anak yang frustari. Ada beberapa hamba Tuhan yang datang ke rumah untuk mendoakanku, namun aku tidak suka, aku selalu menangis ketika mereka doakan. mungkin saja karena itu Mereka mengira aku ini mengidap keterbelakangan mental. (Sejujurnya saya pribadi pun tidak percaya dengan saya yang sekarang ini, yang telah begitu Berubah, namun itulah kuasa Tuhan yang sanggup mengubah hati yang keras menjadi hati yang lembut, dan memancarkan kasihNya) Aku tidak punya teman bermain selain adik-adikku.


Orang tuaku mendidik mereka untuk mengasihiku, dan menghormatiku karena aku Kakak tertua mereka. Dan mereka pun melakukannya dan Memperlakukan aku seperti teman mereka. bahkan sahabat. Mereka tidak sungkan untuk meminta saran dariku, dan mencurahkan isi hati mereka tentang apapun. Sampai sekarang tetap begitu. mereka tidak malu pada temantemannya untuk mengatakan bahwa aku kakak mereka. Dan mereka akan membelaku ketika ada anak-anak yang mengejekku walau harus berkelahi dengan anak-anak itu.

Mengenai kenakalan namanya anak kecil aku juga memiliki sifat itu. Aku punya banyak ide. Tetapi karena aku tidak bisa melakukannya aku menyuruh adikku yang melakukan ide-ideku. mereka pun mau saja yang melakukan ide-ideku. mereka pun mau saja menurutiku.  Walaupun hal itu berupa membuat baju barbie dari baju tidur baru mama, membuat kue dari tepung beras yang ditumbuk. Kadang berasnya jadi busuk karena terlalu banyak beras yang direndam. Tentu saja mama marah ketika pulang dari ladang dan mendapatkan kekacauan itu. Cubitan pun tidak bisa kami hindarkan. (Wah... Saya dulu nakal juga)  Tidak ada yang berbeda antara aku dan adik-adikku, jika nakal pasti mendapatkan hajaran yang sama.


Namun aku hidup dengan rasa benci terhadap diri ku sendiri. Aku tidak suka diriku! Aku minder, sangat malu. Aku selalu menutupi kakiku dengan selimut, tidak mau melepaskan selimut itu sekalipun sudah buruk dan sobek. (kalau saya menoleh kepada masa lalu, saya sering berkata pada diri sendiri "dulu aku benar-benar gila karena Frustasi itu.") Aku tidak suka diriku. Sampai-sampai foto ku aku hancurkan semuanya. Itulah mengapa di dalam buku ini tidak ada foto-foto masa kecilku. (Saya sedikit menyesal sekarang. Sebenarnya foto-foto itu sangat berguna untuk buku ini)  karena dulu dalam pikiran ku, aku ini tidak berharga bagi siapapun, tidak ada yang sayang padaku, aku ini jelek sekali dan aku ini cuma orang cacat! Hanya hal-hal negatif itulah yang tertanam di dalam pikiran ku. Begitu pahit masa kecilku. Walaupun orang tua memberikan pengertian tapi tetap saja hati ini tidak bisa menerimanya. aku tetap menganggap diri ku tidak berguna. 

Keluarga
Keluarga
Hari-hariku tetap aku jalani, ya, mau tidak mau karena aku masih hidup. Aku tidak pernah bersyukur untuk apapun yang ada padaku, semua selalu Salah dimataku. Kalau marah, aku selalu berteriak "Aku mau mati, aku mau mati!!" dan tanpa aku sadari sikap burukku pada hidup membuat mama dan papa menjadi strss dan tertekan, yang membuat mereka kadang menjadi kasar kepadaku. Itulah yang membuatku menjadi salah faham pada kasih sayang mereka. Siapa sih yang tahan kalau anaknya mempunyai tabiat yang buruk? Padahal sudah di didik dengan baik.

Begitulah kehidupan di masa kecilku. Yang sangat jauh dari kata kebahagiaan anak-anak pada umumnya. Masa kecilku kurang bahagia. Namun ditengah semua itu Tuhan mentuntun hidupku pada perjuangan demi perjuangan untuk dapat hidup sendiri. Walaupun pengetahuan ku kala itu terbatas terhadapNya  mama yang selalu menemani harihariku, merawatku dengan sabar dan membuatku semangat untuk BISA melakukan segala sesuatu yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan. Mama melatih tanganku, sampai aku bisa memegang sendiri.


Melatihku merangkak. Walaupun tak terhitung kepalaku ini terbentur dilantai karena terjatuh, bibirku yang berdarah karena terjatuh, sampai sekarang bekas lukanya masih ada dibibirku kanan dan kiri. Namun di dalam Hatiku selalu ada semangat hidup. Mama berkata semangat hidupku tinggi. malah mama belajar
berkata semangat hidupku tinggi. malah mama belajar dari semangatku untuk terus berjuang. Itu pengakuan mama padaku.. Mama sangat sayang padaku, dan rela meninggalkan apapun itu yang menjadi kesukaannya demi merawatku. baginya itu jauh lebih penting. Setidaknya aku bisa hidup mandiri. Memang ada saran dari seorang temannya untuk mengirimkiu ke yayasan di jawa. Namun mama tidak mau berpisah denganku, karena baginya hanya ialah yang tahu betul bagaimana cara merawatku, Meski ia tahu itu tidak mudah namun ia tahu hanya ia yang layak merawatku.


Bertahun-tahun aku terus hidup dalam perjuangan yang tidak mudah sekaligus menyakitikan. batin dan jiwaku lelah. Aku dilatih untuk bisa makan sendiri dengan tanganku yang kaku dan keras saat itu. Memegang sendok itu sangat sulit, tanganku gemetar menahan rasa kakunya. Kadang nasiku jatuh ke lantai, dan aku sangat muak dengan hal itu. Kalau sudah begitu aku tidak mau makan lagi, sambil menangis sendok Itu aku lemparkan. Dan mama hanya diam saja. Mama mengeraskan hatinya agar aku terus berjuang berlatih. hatiku sakit sekali, namun baginya aku harus berhasil karena tidak selamanya mama bisa merawat dan mengurusku, karena mama juga manusia yang kelak akan pulang kepada Tuhan.


Karena kasih sayang kedua orang tuaku, saya jadi punya semangat juang yang tinggi. Tentunya ini semua tidak lepas dari campur tangan Tuhan dalam
semua tidak lepas dari campur tangan Tuhan dalam hidupku. Sekalipun sakit dan terluka,.walaupun saya juga pernah memutuskan untuk mengakhiri hidup ini, karena tidak menemukan kemajuan tanda keberhasilan latihan-latihan itu. Walaupun saya sudah putus asa, namun Tuhan selalu membuatku ingin dan ingin lagi meneruskan latihan itu. Sehingga akhirnya saya berhasil bisa mengurus diri saya sendiri. Dan itu membuat saya mulai bangkit dan memiliki semangat untuk hidup.


Menuliskan Bab ini membuat saya merasakan kegigihan orang tua saya Dalam melatihku hidup mandiri. Dalam setiap hal yang terjadi mereka selalu ingin yang terbaik bagiku walaupun aku adalah anak yang punya kekurangan  dalam fisik. Bagi mereka aku dan adikku tidak ada perbedaan. Itulah yang mendorong saya untuk tetap hidup.


Mempunyai anak berkebutuhan khusus bukanlah perkara yang mudah. Namun dengan membiarkan mereka dalam keadaannya, itu bukanlah hal yang tepat. Apalagi sampai memperlakukan mereka berbeda dengan anak yang lain. Itu hanya akan membuat mereka terus berada dalam pemikiran bahwa mereka memang lemah dan tidak bisa apa-apa. Selama masih ada Tuhan tetaplah berjuang. jangan takut, selama kita percaya dan berharap padaNya kita pasti bisa. Karena Dia selalu menyertai perjuangan kita dan membawa kita berada dalam kemenangan.  


Untuk Mendownload Versi E-book kamu bisa Download Disini
Kalau bingung, silahkan Japri Admin Melalui LinkWA Disini  

Show Comments

Berlangganan Sekarang