Dikasihi.id

Halaman

Unto Adam also and to his wife did the LORD God make coats of skins, and clothed them. (Genesis 3:21 - KJV)

Adam dan Hawa
Adam dan Hawa
Cawat daun-daun penutup itu hanya maya, khayalan manusia yang tidak bertahan dan sia-sia. Hanya cawat kulit “made-in Tuhan” yang secara hakiki mampu menutup/menebus dosa manusia.


Setelah Allah menemukan bahwa Adam dan Hawa telah memakan buah pengetahuan, maka Ia pun mengutuk dan membuatkan pakaian dari kulit binatang (Ibrani: 'OR) untuk mereka.

Kejadian 3:21
LAI (TB): Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
KJV: Unto Adam also and to his wife did the LORD God make coats of skins, and clothed them. 
Hebrew:
וַיַּעַשׂ יְהוָה אֱלֹהִים לְאָדָם וּלְאִשְׁתֹּו כָּתְנֹות עֹור וַיַּלְבִּשֵׁם׃ פ
Translit Interlinear: VA'YA'AS {dan Dia membuat, Verb Qal Imperfect 3rd Mas. Sing.} YEHOVAH (dibaca 'Adonay, TUHAN) 'ELOHIM {Allah} LE'ADAM {kepada Adam} ULEISH'TO {dan istrinya} KOT'NOT {pakaian} 'OR {kulit binatang} VAYAL'BISHEM{dan Dia mengenakannya kepada mereka, Verb Hiphil Imperfect 3rd Mas. Sing. + Suffix 3rd Mas. Pl.}

Allah membuatkan pakaian untuk Adam dan Hawa atas dasar rasa malu meraka pertama kali karena telah melakukan perbuatan dosa. Sebelum mereka diberikan pakaian oleh Allah, mereka membuat cawat (ibrani:  חֲגוֹר - KHAGOR) dari daun pohon ara untuk menutupi rasa malu (Kejadian 3:7). Karena cawat itu tidak berkenan di hadapan Allah, maka Allah menggantikannya dengan kulit binatang.

Kejadian 3:7
LAI (TB): Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
KJV: And the eyes of them both were opened, and they knew that they were naked; and they sewed fig leaves together, and made themselves aprons.
Hebrew:
וַתִּפָּקַחְנָה עֵינֵי שְׁנֵיהֶם וַיֵּדְעוּ כִּי עֵירֻמִּם הֵם וַיִּתְפְּרוּ עֲלֵה תְאֵנָה וַיַּעֲשׂוּ לָהֶם חֲגֹרֹת׃
Translit Interlinear: VATIPAQAKH'NAH {dan terbukalah (mata) mereka, Verb Niphal Imperfect 3rd Fem. Pl.} EINEY {mata dari} SHENEIHEM {mereka berdua} VAYEDU {dan mereka mengetahui} KI {bahwa} EYRUMIM {mereka telanjang} HEM {mereka} VAYIT'PERU {dan mereka menyemat} 'ALEH {dedaunan} TE'ENAH {pohon ara} VAYA'ASU {dan mereka membuat} LAHEM {bagi mereka} KHAGOROT {cawat-cawat}

Kata cawat (ibrani: KHAGOROT (plural)) biasanya sering diartikan sebagai ikat pinggang (belt). Namun dalam konteks ini, maknanya lebih kepada cawat untuk penutup aurat. Sebagai penutup aurat tentu cawat sudahlah cukup. Tetapi Allah justru memakaikan pakaian dari kulit binatang. Pada Kejadian 3: 21, kata pakaian dalam ayat tersebut berasal dari kata ibrani KUTONET yang maknanya baju dalam untuk menutup aurat. Kata KUTONET ini juga bisa bermakna pakaian sebelum memakai jaket atau jas (luaran). 

Kejadian pasal 3 menunjukkan perbedaan istilah antara pakaian yang dibuat Adam dengan pakaian yang dibuat Allah. KHAGOR bagi pakaian yang dibuat Adam, dan KUTONET bagi pakaian yang dibuat Allah. KUTONET ini dibuat dari hewan yang harus mati agar dapat diambil kulitnya. Kejadian 3:21 ini merupakan germa "Injil Salib" yang pertama akan adanya kematian yang berdarah dari Sang Mesias yang terjadi akibat dosa manusia dan merupakan pernyataan simbolis dari Allah untuk mengajarkan kepada Adam bahwa ada konsekuensi "mati" akibat dari tindakan Adam yang melanggar hukum Allah. Pernyataan ini merupakan tindakan tipologis yang pertama dari Allah untuk menyatakan bahwa dosa itu memiliki konsekuensi mati.

Penggunaan Kulit Binatang Untuk Kemah Suci
And thou shalt make a covering for the tent of rams’ skins dyed red, and a covering above of badgers’ skins. (Exodus 26: 14 - KJV)

Allah memerintahkan Musa untuk membuat tudung kemah suci menggunakan kulit domba jantan yang diwarnai merah dan dari kulit lumba - lumba.

Keluaran 26: 14
LAI (TB): Juga haruslah engkau membuat untuk kemah itu tudung dari kulit domba jantan yang diwarnai merah, dan tudung dari kulit lumba-lumba di atasnya lagi.
KJV: And thou shalt make a covering for the tent of rams’ skins dyed red, and a covering above of badgers’ skins.
Hebrew:
וְעָשִׂיתָ מִכְסֶה לָאֹהֶל עֹרֹת אֵילִם מְאָדָּמִים וּמִכְסֵה עֹרֹת תְּחָשִׁים מִלְמָעְלָה׃ ף
Translit interlinear: VE'ASITA {dan engkau harus membuat} MIKH'SEH {panutup} LA'OHEL {pada kemah} 'OROT {kulit-kulit dari} 'EYLIM {domba jantan} ME'ADAMIM {yang diwarnai merah} UMIKH'SEH {dan tudung/ penutup} 'OROT {kulit-kulit dari} TEKHASHIM {lumba2} MILMA'LAH {di atasnya}.

Pada bangunan Kemah Suci, penuh dengan lambang-lambang. Penutup Kemah Suci dari kulit binatang ini mengingatkan pada pakaian dari kulit binatang yang dikenakan kepada Adam setelah kejatuhannya, sebagai lambang bahwa dosa itu ditutupi hanya dengan kematian, sebab upah dosa adalah mati/maut.

Kulit dipakai untuk menyimpan anggur (Kirbat, (Matius 9:17)), dan kulit serta bulu kambing dipakai untuk membuat tenda. Tarsus, adalah kota kelahiran Rabbi Saul, merupakan pusat industri tenda dan Rabbi Saul membiayai hidupnya bukan dengan "persembahan jemaat atas pelayanannya," tetapi dengan berdagang tenda (Kisah Rasul 18:8).


Kesimpulan
Kulit binatang muncul dari penyembelihan binatang. Ada kematian berdarah disini yang diperkenalkan Tuhan untuk pertama kalinya, yaitu suatu simbol ‘korban-darah’ untuk “cawat penutup dosa”. Korban darah binatang ini telah memvisualisasikan sebuah analogi konsep kematian & penebusan yang dirancang Tuhan demi menyelamatkan Adam - Hawa serta keturunannya. Hukum Musa berkata “Nyawa makhluk ada dalam darahnya… dan tanpa penumpahan darah (korban) tak ada pengampunan” (Imamat 17:11, Ibrani 9:22). Sebab penutupan/ penghapusan dosa manusia tidak bisa dilakukan oleh ‘cawat daun usaha sendiri manusia’ melainkan hanya oleh kasih-karunia Tuhan lewat kematian Sang Mesias sebagai korban penebusan.

Pakaian dari Allah untuk Adam

For in six days the LORD made heaven and earth, the sea, and all that in them is, and rested the seventh day: wherefore the LORD blessed the sabbath day, and hallowed it. (Exodus 20:11 - KJV)

Genesis
Sepanjang pengetahuan saya tidak ada professor bahasa Ibrani atau Perjanjian Lama dari universitas kelas dunia, yang tidak percaya bahwa penulis Kejadian pasal 1-11 bermaksud menyampaikan kepada pembacanya tentang (a) Penciptaan memakan waktu 6 hari berturut-turut, dimana 1 hari tersebut sama dengan 1 hari (24 jam) yang kita alami sekarang; (b) Silsilah tokoh-tokoh yang ada dalam kitab Kejadian dinyatakan dalam bentuk kronologi yang sederhana dari permulaan dunia sampai seterusnya; (c) Banjir pada jaman Nuh meliputi seluruh dunia dan membinasakan seluruh manusia dan binatang kecuali yang terdapat di dalam bahtera. (Dr. James Barr - Oxford University)

Jika kita membaca kitab Kejadian pasal 1 dan menafsirkannya secara harfiah, tampaknya Allah menciptakan semesta, dunia dan seisinya dalam maktu 6 harı (dalam hitungan waktu 24 jam). Namun, ada pandangan - pandangan dalam gereja yang memandang bahwa hari - hari tersebut dapat berarti ribuan, jutaan, bahkan milyaran tahun. Namun, apakah benar bahwa hari - hari tersebut berada dalam selang 24 jam atau hitungan waktu yang dipandang gereja tersebut?

Mendefinisikan Kembali Kata "Hari" dalam Kitab Kejadian Pasal 1
....And the evening and the morning were the first day. (Genesis 1:5 - KJV)

Pengulangan beberapa kali kata "Hari" (Inggris: Day; Ibrani: Yom) dalam kitab Kejadian pasal 1 telah membuat kebingungan para ilmuwan. bagaimana tidak? dalam proses penciptaan yang telah dibuat simulasi sederhana misalkan mengenai terbentuknya bintang saja memerlukan waktu sekitar puluhan hingga jutaan tahun. apakah masuk akal kalau Allah menjadikan semesta dan isinya dalam hitungan waktu sekarang ini? lalu bagaimanakah kita sendiri yang sebagai orang awam memahami maksud dari "hari" dalam kitab ini?

Kata hari berasal dari bahasa ibrani "Yom" yang dapat diartikan sebagai satu hari (dalam hitungan 24 jam), setengah harı, atau bisa juga diartikan sebagai waktu yang tidak terbatas (Contoh: pada harinya Tuhan). Dalam Perjanjian Lama, kata yom tidak pernah diartikan sebagai hari yang terbatas dengan jangka waktu yang spesifik. Lebih jauh lagi kita harus mengingat bahwa ketika kata yom digunakan dalam arti periode waktu yang tidak terbatas, hal itu sangat jelas terlihat dalam konteksnya. Jadi kita dapat dengan mudah membedakan yom yang berarti 24 jam atau siang hari dengan periode waktu yang tidak terbatas.

Beberapa orang mengatakan bahwa kata hari dalam Kejadian mungkin digunakan secara simbolis sehingga kita tidak harus menerimanya secara harafiah. Tetapi ada satu hal yang sering tidak disadari yaitu sebuah kata tidak pernah dapat digunakan secara simbolis pada waktu kata itu pertama kalinya digunakan. Kenyataannya adalah sebuah kata bisa digunakan secara simbolis hanya ketika ia pertama kalinya mempunyai arti harafiah. Dalam perjanjian baru kita diberitahu bahwa Yesus adalah "pintu". Kita tahu apa artinya karena kita tahu kata pintu berarti sebuah jalan masuk. Karena kita tahu arti harafiahnya maka kata itu bisa diaplikasikan sebagai simbol dari Yesus Kristus. Kata pintu tidak bisa digunakan sebagai simbol kecuali ia punya arti harafiah untuk pertama kalinya. Oleh karena itu kata hari tidak bisa di gunakan  secara simbolis waktu pertama kali muncul di kitab Kejadian. Memang inilah sebabnya mengapa penulis Kejadian sangat berhati-hati mendefinisikan kata hari ketika muncul untuk pertama kalinya. Pada Kejadian 1:4 kita membaca bahwa Allah memisahkan "terang itu dari gelap". Kemudian pada Kejadian 1:5 kita membaca Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Ketika kata hari digunakan untuk pertama kalinya, ia didefinisikan sebagai terang untuk membedakannya dengan gelap yang dinamai malam. Kejadian 1:5 diakhiri dengan "Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama." Kalimat ini adalah kalimat yang sama yang digunakan untuk setiap 5 hari lainnya, dan menunjukkan bahwa ada siklus yang jelas yang sudah ditetapkan tentang siang dan malam (periode terang dan periode gelap). Pada periode terang, selama 6 hari berturut-turut, Allah melakukan pekerjaanNya dan pada periode gelap Allah tidak bekerja secara kreatif (God did no creative work bukan God did not work).

"Jadilah Petang dan Jadilah Pagi" - Satu Hari dan Rotasi Bumi
And God set them in the firmament of the heaven to give light upon the earth, And to rule over the day and over the night, and to divide the light from the darkness: and God saw that it was good. And the evening and the morning were the fourth day. (Genesis 1: 17 - 19 - KJV) 

Pada pasal 5 telah dilihat ada kata "Jadilah petang dan jadilah pagi". Tapi, bagaimana bisa ada sore dan malam harı sedangkan benda - benda langit sebagai penanda waktu baru diciptakan pada hari keempat? 

Pada hari pertama Allah menyatakan eksistensi terang pada langit dan Bumi yang sudah Dia ciptakan yang diarahkan dari satu sumber yang tetap terhadap bumi yang berotasi sehingga bumi menghasilkan siklus siang dan malam. Terang itu berasal dari satu sumber yang permanen dan tidak bergeser dari tempatnya sedangkan bumi berputar pada porosnya (berotasi). Tetapi kita tidak diberitahu dari mana terang tersebut datang. Kata terang dalam Kejadian 1:3 berarti inti terang itu dipanggil exist ke alam semesta kemudian pada Kejadian 1:14-19 kita diberitahu bahwa penciptaan matahari di hari ke-4 adalah untuk menjadi sumber terang sejak saat itu. Eksistensi/inti terang kemudian digantikan oleh Matahari.

Dalam Kejadian 1:18 Tuhan telah menyatakan tugas dari benda - benda langit (Bulan, Matahari, dan Bintang - bintang) untuk menjadi penanda waktu. Matahari-lah yang diciptakan sebagai penguasa siang yang telah diciptakan. Satu dari alasan - alasan yang memungkinkan bahwa Tuhan dengan sengaja tidak menciptakan matahari sampai hari ke-4 abdallah karena Dia tahu bahwa, selama berabad-abad, kebudayaan - kebudayaan dunia akan berusaha menyembah matahari sebagai sumber hidup. Tidak hanya itu, teori-teori pada jaman modern memberitahukan kita matahari ada sebelum bumi. Tuhan sedang menunjukkan kepada kita bahwa Dia memulainya dengan bumi dan terang, bahwa Dia bisa mempertahankannya dengan siklus siang dan malam, bahwa matahari diciptakan pada hari ke-4 sebagai alatNya untuk pembawa terang sejak saat itu.

Mungkin satu dari alasan-alasan pokok mengapa orang-orang cenderung untuk tidak menganggap hari-hari dalam Kejadian sebagai hari-hari biasa, karena mereka telah percaya bahwa ilmuwan-ilmuwan telah membuktikan bumi berumur milyaran tahun. Tetapi hal itu tidak benar. Tidak ada metode penanggalan tahun (age dating) yang mutlak yang dapat menentukan dengan tepat berapa umur bumi. Lagipula, ada banyak bukti yang konsisten dengan kepercayaan bahwa bumi berusia muda dan mungkin hanya berumur beberapa ribu tahun saja.

Mengapa Tuhan Menciptakan Semesta dan Isinya selama 6 Hari?
For in six days the LORD made... (Exodus 20:11 - KJV)

Keberadaan Tuhan adalah tanpa batas. Ini berarti Dia mempunyai kekuatan yang tak terbatas, pengetahuan yang tak terbatas, kebijaksanaan yang tak terbatas, dll. Jelasnya, Tuhan dapat membuat apa saja yang Dia inginkan dalam waktu sekejap. Dia dapat menciptakan seluruh alam semesta, bumi dan semua isinya dalam waktu sekejap. Mungkin pertanyaannya adalah mengapa Tuhan memakai waktu selama 6 hari? Bukankah 6 hari adalah waktu yang panjang untuk Tuhan yang tak terbatas untuk membuat apapun juga? Jawabannya dapat ditemukan di kitab Keluaran 20:11.

Keluaran 20 berisi 10 hukum Taurat. Haruslah diingat bahwa hukum-hukum ini ditulis di atas batu oleh "jari Allah", seperti yang kita baca dalam Keluaran 31:18 "Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah Ia selesai berbicara dengan dia di gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulis oleh jari Allah." Hukum ke-4 di pasal 20 ayat 9 memberitahukan kepada kita bahwa kita bekerja selama 6 hari dan beristirahat 1 hari. Hal ini lebih diperkuat dalam ayat 11 , "Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya." Ayat ini adalah referensi langsung untuk minggu penciptaaan yang dilakukan Allah dalam Kejadian 1. Agar konsisten (dan kita seharusnya juga), apapun arti yang dipakai untuk kata hari dalam kejadian 1 harus juga dipakai di dalam ayat ini. Jika kita ingin mengatakan kata hari dalam Kejadian berarti periode waktu yang panjang, tentulah artinya hari tersebut adalah periode waktu yang tidak terbatas atau tidak pasti - bukan periode waktu yang terbatas. Dengan demikian arti dari Keluaran 20:9-11 haruslah "enam periode waktu yang tidak terbatas lamanya engkau harus bekerja dan beristirahat pada satu periode waktu yang tak terbatas. Hal ini sangat tidak masuk akal. Dengan menerima hari-hari tersebut sebagai hari-hari yang biasa, kita dapat mengerti bahwa Tuhan sedang memberitahukan kepada kita bahwa Dia bekerja selama enam hari biasa dan beristirahat selama 1 hari biasa untuk memberikan pola kepada manusia - pola (pattern) 7 hari dalam seminggu yang masih berlaku sampai sekarang. Dengan kata lain, dari Keluaran 20, kita belajar alasan Tuhan memerlukan waktu yang lama, yaitu 6 hari untuk membuat segalanya, adalah bahwa Dia membuat pola untuk kita ikuti, pola kerja yang masih kita ikuti sampai sekarang.

Apakah Tuhan Menciptakan Semesta dan Isinya dalam Waktu 6 Hari?

My Precious Life - Selvi Pritawati Sudarlin
My Precious Life - Selvi Pritawati Sudarlin
Disadur dari Buku "My Precious Life" oleh Selvi Pritawati Sudarlin. 
Editor : Lamsihar Iruel

"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18)

Tak ada yang instan dalam hidup ini bila ingin mengalami hidup dalam keberhasilan dan hidup dalam masa depan yang cerah. Semuanya pasti perlu sebuah proses yang panjang, berat dan melelahkan, kadang ada kalanya proses itu menyakitkan. Perjuangan masih sangat ingin panjang. 

Dalam hal ini saya kagum dengan semangat orang tua saya. Perjuangan mereka dalam hidup ini sangat menyakitkan dan mungkin ada kalanya tidak mengerti apa yang harus di lakukan agar dapat bertahan hidup.

Namun Tuhan menyertai sehingga ada banyak  cara yang kadang terbersit dengan cepat ke dalam pikiran mereka sehingga kami mampu bertahan hidup dari hari ke sehari. Di tambah lagi ada anggota keluarga baru saat itu, seorang adik perempuan yang lucu, dan pintar hadir dalam hidup kami. Kelahirannya menjadi penghiburan bagi ke dua orang tuaku dan menambah semangat hidup bagi ke dua orang tuaku. Adik perempuanku diberi nama Dwiya Sudarlin.

Dia lahir menjadi kado Natal terindah di dalam keluarga kecil kami di tengah kesulitan hidup yang mendera kala itu. Adikku yang mungil sehat dan lucu.  Tuhan baik.. Mamaku seperti mengurus dua bayi kembar, saat itu umurku 3 tahun, namun tetap seperti bayi yang itu umurku 3 tahun, namun tetap seperti bayi yang baru lahir yang harus di urus segala-galanya. Namum kesulitan yang ada tetap di jalani dengan tegar dan kuat. Demi kami buah hati mereka. Di Bayat kami pernah punya rumah, dan juga kolam ikannya. Rumah yang cukup untuk kami yang hanya keluarga kecil. Setiap sore mereka senang membawa kami mandi dikolam dan berendam.

Dulu badan ku selalu kepanasan mungkin kerena kaku, dan kejang. Karena keadaan itu aku selalu menangis setiap hari, mama senang membawa ku berendam di kolam. Papa mencari ikan di sungai hampir setiap hari, Dan mendapatkan banyak ikan.. kami makan banyak ikan dan juga telur-telurnya. Walaupun gaji papa sangat sedikit tapi anak-anaknya tetap mendapatkan makanan bergizi. 

Papaku hanya sebentar mengajar di SDN2 Bayat, Belantikan Raya, ketika adik ku beumur 2 setengah tahun, kami pindah ke kota Pangkalan Bun. Berharap mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Rumah di sana dijual untuk mengobati ku, lagi dan lagi.  Kami berangkat dari dari sana menumpang mobil taksi (waktu itu disebut taksi) di tengah mama saat itu sedang hamil muda.  Tentu sangat tidak mudah. Di tambah harus mengurus dua anak yang masih kecil. Karena dulu jalan dari Bayat ke Pangkalan bun sangat jelek, jadi perjalanan kami memakan waktu lama. Sekitar satu harian penuh.

Selvy di kursi Roda
Sampai di sana, kami tinggal di rumah sewaan selama belum mendapat rumah dinas. Papa bekerja sebagai guru SD,  di SDN BARU 8 kota Pangkalan bun, kalau siang kadang menjadi kuli bangunan dan kadang juga jadi tukang getek, dan juga guru les. apa pun di lakukan asalkan halal dan tidak melanggar hukum, papaku adalah seorang ayah yang sangat bertanggung jawab untuk hidup keluarganya. Walau ada kesedihan yang menjadi trauma di hatinya melihat keadaanku, namun tetap tersembunyi dalam hatinya. 

Keadaanku yang selalu menangis kadang kala membuatnya jengkel, kadang mungkin tak sadar papa menjewerku, mencubitku, supaya aku diam dari tangisku yang memusingkan kepalanya. Aku yang tidak mengerti isi hati nya, sempat berpikir bahwa papa tidak sayang pada ku. Aku pun takut dekat dengannya. Aku memang sakit pada sarafku, tapi tidak sampai mengidap keterbelakangan mental dan aku bisa berpikir dengan baik.

Namun tidak bisa berbicara Dengan baik, karena itu aku sulit menyatakan keinginanku. Hanya dengan tangis. Dulu tanganku hanya bisa mengejang kebelakang, keras dan kaku. Dan segalanya harus di bantu oleh orang lain. Tidak hanya itu, badanku sering merasakan sakit. rasanya seperti di tarik-tarik dari leher sampai ke punggung, rasanya untuk bernapaspun sangat sulit. Tapi aku orang tuaku tetap gigih melatihku. Sehingga akhirnya aku bisa berdiri, dan badanku menjadi lebih ringan. Namun kebahagiaan itu hanya sebentar aku kembali sakit, dan berubah menjadi nol lagi. Tidak bisa apa-apa lagi, hanya bisa menangis dan menangis.

lagi, hanya bisa menangis dan menangis. Namaku kembali terpuruk, dan sangat stres. Sampai akhirnya kami pindah ke rumah dinas SD raja seberang. Di sana ada gereja tempat kami beribadah. Dimana gembala kami saat itu juga punya ABK yang keadaannya lebih parah dari pada keadaanku. Saat itu hati mama kembali terbuka, seperti kembali mendapatkan sosok ayah di dalam diri pak gembala GBI raja seberang itu. Gereja yang sederhana, namun begitu menguatkan.


Mengawali hidup yang baru di sebuah rumah dinas kecil, perjuangan tentu saja terus berlanjut. Bahkan lebih keras lagi. Mamaku mengurus tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Mama punya bayi lagi, kali ini bayi laki-laki yang lucu, putih, gemuk seperti orang china. Nama adikku itu Faisha Sudarlin. Mama dan papa sangat bahagia walaupun sibuknya Seperti punya anak kembar tiga. Aku ingat, waktu itu di rumah ada tiga buah ayunan,. Jika yang satu tidur, yang satu bangun, bisa di bayangkan betapa sibuk nya mama saat itu.. Di tambah lagi di rumah tidak ada sumur atau leding.  Mama harus mengambil air ke sungai yang lumayan jauh dari rumah, mama mengambilnya ketika kami sedang tidur di ayunan. Mama mengambil air seperti di kejar-kejar belarian melawan waktu.


Mama juga harus mengurus babi-babi karena mereka mulai mencoba beternak babi batam. Dan babi kami berkembang menjadi lima belas ekor. Jumlah yang cukup banyak untuk kami. Untuk makanannya yang cukup banyak untuk kami. Untuk makanannya papa dan mama mengumpulkan makan sisa dari rumah-rumah makan. Jika ada yang masih bagus makanannya di panaskan untuk menjadi makanan kami. Tak peduli kotorkah itu, yang penting ada lauk untuk makan. lagi pula makanannya enak. dan masih bisa di makan setelah di cuci dan di masak lagi. (Yang saya maksud ialah sayuran, seperti wortel, kangkung dan lain-lain yang masih bisa di makan karena masih bagus walaupun bagi orang lain semua itu adalah sampah yang harus dibuang). 


Itulah hidup, sering kali apa yang sudah dibuang orang lain akan menjadi makanan kita agar dapat bertahan hidup. kalau pemikiran ku sekarang tentu saja aku tidak akan mau memakan yang sudah menjadi sampah. Namun ketika itu tidak ada pilihan lain, kalau tidak mau memakannya tentu saja akan lapar sepanjang hari. Yang pasti tentu saja tidak ada orang tua yang ingin anak-anak mereka makan sampah. Tapi Keadaan terkadang memaksa hati untuk bersikap tegar dan tega demi sebuah masa depan. Perasaan sesal di dalam hati harus di abaikan. 

Banyak orang menilai bahwa hidup kami kena tulah atau kutuk, saat itu memang begitu keadaan keluargaku. Sudah punya rumah satu terbuat dari kayu ulin semua. Tapi karena bangkrut dalam kerja kayu rumah itu pun dengan sangat terpakasa jual Dan uangnya untuk menebus rumah dinas dari penghuni yang sebelumnya. pindah dari satu rumah ke rumah yang lain, sudah terbiasa untuk kami. sehingga kami dihindari oleh keluarga. apalagi melihat keadaanku
dihindari oleh keluarga. apalagi melihat keadaanku yang cacat.. Mereka datang hanya pada saat susah untuk  meminta bantuan, tetapi saat mereka dalam keadaan senang mereka seolah tidak mengenal kami. 


Berjuang sendiri, tidak ada yang gratis jika ingin hidup. Namun apa pun keadaan saat itu hidup kami tetap bahagia, papa dan mama selalu tabah sambil terus memimpikan masa depan yang cerah dan indah untuk anak-anak mereka, yang akan mereka upayakan untuk anak-anaknya,. Mereka tidak punya harta apapun selain kami anak-anak yang mereka sayangi.


*** Keadaanku belum juga ada kemajuan. Tangan dan seluruh tubuhku masih kaku, sangat kaku. Waktu itu yang membuat keadaanku buruk adalah pikiran ku yang normal. Seperti yang aku katakan aku bisa berpikir dengan baik, aku berpikir seperti anakanak pada umumnya yang ingin bermain di luar rumah, berlarian kesana kemari, namun hanya bisa melakukannya dalam khayalan, dan ketika tersadar aku hanya bisa melampiaskannya dengan menangis.
 Aku tak tahu apakah saat itu mama dan papa mengerti dengan tangisan ku? Dalam hati kecilku aku bertanyatanya, kenapa sih adikku bisa berjalan, bisa main, bisa sekolah,. Aku tiduran terus, cuma ada rasa sakit di badanku. Aku iri sangat iri. Adikku Aya, rajin sekali ikut sekolah minggu, sesibuk apa pun mama tidak pernah melupakan kegiatan utama untuk mengantarkannya ke gereja pada hari utama untuk mengantarkannya ke gereja pada hari minggu pagi.

Apa yang di ceritakan oleh guru sekolah minggu selalu di ceritakannya kembali saat pulang ke rumah. suatu hari dia bercerita tentang surga pada saya. dia bilang di sana tidak ada lagi penyakit, dengan gaya lucu seorang anak berumur tiga tahun dia berkata, di sana kamu pasti bisa jalan.. Tapi harus mati dulu.. Mati? Seorang anak kecil yang polos memikirkan kematian untuk dapat terlepas semua penderitaannya.

Aku ingin mati saja agar bisa tinggal di surga dan bisa berjalan... MATI! Keinginan seorang anak yang tidak mengerti sama sekali tentang sebuah kehidupan,. yang aku tahu saat itu hanyalah aku ingin bermain, aku ingin bisa jalan, berlarian dengan bebas tanpa beban dan penderitaan. Namun hanyalah khayalan. Entah apakah aku punya masa depan?  Pertanyaan seorang yang tidak mengerti bagaimana berjalannya hidup ke depan dan siapa yang mendorongnya, aku tak tahu apapun kala itu. Namun dari cerita-cerita adik kecil ku itu aku sedikit tahu tentang Tuhan Yesus. Walaupun aku tak mengerti mengapa Tuhan yang katanya mampu melakukan keajaiban, tidak mengubah hidupku.

          *****   ****


Hidup belum juga selesai mempermaikan. Pencobaan belum juga berhenti dalam hidup papa dan mama. Di tengah mereka sedang merawatku, adikku juga harus mengalami sakit, entah mengapa adikku juga harus mengalami sakit, entah mengapa tidak cukup aku saja yang sakit. tapi juga adik-adikku. adikku Aya terkena TBC, namun untungnya setelah pengobatan selama emam bulan adikku sudah sembuh. belum lama setelah itu adikku Faisha terkena penyakit alergi yang cukup parah. badannya yang montok menjadi kurus kering. Semua harta yang mulai terkumpul sedikit hanya sesaat dan habis.


Rumah sakit waktu itu menjadi rumah ke dua untuk mama dan adikku.. Seingatku mama sampai harus tega menjual sepeda papa satu-satunya, agar adikku bisa di bawa ke rumah sakit. Hari sudah malam ketika seseorang mengambil sepeda itu. Entah berapa uang yang di berikan kepada mama saat itu. Hidup memang sulit namun mereka terus berjuang untuk meraih masa depan anak-anak mereka. Di tengah kesulitan itu semangat perjuangan orang tuaku semakin membara.
Kisah ini tentu saja masih belum usai. Dan akan Saya lanjutkan dalam bab berikutnya.


Namun pesan saya, masa depan kita sudah Tuhan sediakan, dan harapan kita tidak pernah hilang, namun apakah kita mendapatkannya atau tidak itu tergantung bagaimana pilihan kita sendiri, kita ingin mendapatkannya, mari teruslah berjuang dan mencintai setiap proses yang Tuhan sedang kerjakan dalam hidup kita. Proses itulah yang menjadikan kita pemenang dalam perjuangan hidup ini. 
Untuk Mendownload Versi E-book kamu bisa Download Disini
Kalau bingung, silahkan Japri Admin Melalui Link 
 
 

Kesaksian Hidup - My Precious Life (Bag 2 - Hidup itu adalah Perjuangan)

My Precious Life - Selvi Pritawati Sudarlin
My Precious Life - Selvi Pritawati Sudarlin
Disadur dari Buku "My Precious Life" oleh Selvi Pritawati Sudarlin. 
Editor : Lamsihar Iruel

"Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:14)

Kalau ada yang bertanya: "siapa yang mau lahir sebagai seorang yang cacat?" sudah jelas jawabannya "TIDAK"  semua orang ingin lahir dengan fisik yang sehat, semua ingin terlahir dengan hidup yang bahagia, berkecukupan dan tanpa ada air mata.


Namun hidup tidak bisa di atur orang sesuai dengan keinginannya sendiri.  Karena hidup milik Tuhan yang menciptakan manusia, Dialah yang berkuasa atas segala kehidupan.


Semua orang tentu saja mempunyai kisah hidup. Tapi ada banyak orang yang lari dari kehidupan karena kecewa dengan kisah hidup mereka yang tidak sesuai dengan keinginan hati mereka. Itu termasuk saya sendiri, yang pernah mengalami kekecewaan dalam hidup. Saya merasa bahwa hidup yang saya jalani tidak lebih dari kesedihan, penderitaan, kesakitan dan penolakan. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena hidup yang saya jalani jauh dari kata indah. Namun akhirnya saya mengerti bahwa rancangan Tuhan itu baik buat hidup saya, dalam semuanya ini Tuhan ingin bahwa kisah hidup saya menjadi penghiburan bagi
bahwa kisah hidup saya menjadi penghiburan bagi banyak orang yang sedang mengalami kekecewaan dalam hidup. Saya sendiri sungguh bersyukur untuk apa yang telah Tuhan kerjakan dan hidup saya.
Inilah kisah ku.


Selvi Pritawati Sudarlin
21 April 1990 aku terlahir ke dunia ini, aku adalah bayi perempuan yang cantik, sehat dan harta terindah yang di nantikan kedua orang tua ku yang kala itu telah kehilangan kedua anak mereka ketika mereka masih bayi. Melihat ku terlahir dengan sempurna merupakan penghiburan yang luar biasa buat mereka. Dan hanya kebahagiaan yang memenuhi hati mereka kala itu. Kisah kebahagiaan itu sebenarnya adalah awal dari kisah perjuangan hidup yang panjang dan melelahkan.. Bayi perempuan cantik ini pun mereka beri nama Selvy Pritawati Sudarlin. Nama seorang wanita yang mereka harapkan bisa menjadi wanita hebat dan tegar.
Aku lahir di desa belibi. Sebuah desa kecil di kalimantan tengah. Desa yang jauh dari kata modren. Tak ada rumah sakit dan fasilitas lainnya.


Saat itu papa sedang menantikan SK sebagai seorang
Saat itu papa sedang menantikan SK sebagai seorang guru SD, dan masih mencoba bekerja di sebuah perusahaan kayu milik korea waktu itu. Dan mama hanya ibu rumah tangga biasa. Namun impian mereka besar untuk hidup ini. Mereka ingin yang terbaik untuk hidup ini.
Namun, di tengah impian Indah itu, badai jahat datang dan meniup mimpi itu jauh-jauh.


Di usia 8 hari lahirku, ada yang aneh dengan keadaan ku. Dari pagi hari di atas bibirku membiru, lalu kemudian menyebar keseluruh tubuhku, aku pun di serang kejang-kejang. Kemudian menangis, mama berkisah, keadaan ku terus begitu. Hingga akhirnya tak lagi bernafas selama kurang lebih 1 hari 1 malam. Semua orang yang berada di sana saat itu setuju bahwa bayi perempuan cantik itu telah mati. 


Doa penyerahan pun mulai di ucapkan. Gong tanda kematian mulai dipukul agar seluruh warga desa tahu bahwa ada duka di desa mereka. Kesedihan datang lagi dalam hidup orang tuaku. Baru sekejap rasa bahagia mereka karena mendapat dan menimang si buah hati, mereka harus kembali berduka dan hancur hati karena kehilangan dan kehilangan lagi. Hidup rasanya benar-benar tidak adil bagi mereka. Di tengah duka itu mereka telah kehilangan harapan.

Air mata tak lagi mampu menggambarkan kesedihan itu hanya bisa pasrah. Karena dengan menangis pun tak dapat membuat bayi mereka kembali bernafas. Kakek ku sangat sedih, karena cucu perempuan pertamanya sudah tiada. Saat itu semua hanya dikuasai oleh kesedihan.


Namun ada sesuatu yang tidak terduga terjadi pada saat itu. Entah apakah pintu Surga itu masih tertutup untuk ku, entah apakah aku belum pantas menikmati Surga, entahlah...
Namun saat itu aku tiba-tiba saja menangis, dan hidup kembali. Dan mama langsung menyusui ku. Senyum pengharapan kembali hadir di bibir mama dan papa.


Ya, aku hidup kembali tapi dengan keadaan yang berbeda, aku yang tadinya adalah bayi montok yang cantik, berubah menjadi seperti bayi monyet. Badanku menyusut dan kurus. Sampai-sampai mama takut melihat keadaan ku yang seperti itu. Tak ada yang tahu apa sebenarnya yang terjadi pada ku saat Itu. Karena di desa kecil yang terpencil seperti itu tak ada dokter spealis, atau pun rumah sakit hebat seperti di kota, yang ada hanyalah mantri atau perawat yang hanya menolong sebisanya saja. 


Bukan sengaja membiarkan keadaan ku seperti itu. Tapi apa yang bisa dibuat pada saat sulit seperti itu? Untuk bisa makan saja mama dan papa harus bantng tulang dan bekerja keras. 


Untuk beberapa waktu kondisi ku dibiarkan seperti itu, karena memang keadaan yang serba sulit saat itu.. Keadaan ku seperti mayat hidup, hanya bisa menangis, tubuh ku yang kaku membuat ku tidak bisa bergerak. Aku tak seperti bayi-bayi lainnya.


Berhari-hari mama dan papaku terus memantau keadaan ku, namun tak ada perubahan tanda perkembangan motorikku. Aku hanya bisa berbaring dengan tubuh ku yang kaku.
Berbulan-bulan terus begitu tak juga ada perkembangan seperti bayi berumur 4 atau 5 bulan pada umumnya yang sudah bisa memegang mainan. Namun tidak, tangan dan kakiku selalu dalam keadaan yang keras dan kaku. Yang aku bisa hanyalah menangis, menangis dan menangis.


Sebagai seorang ibu mama bertanya-tanya dengan hati yang hancur, "apa salahku? Kenapa ini terjadi pada ku?" saat itu mama benar-benar kecewa pada Tuhan, selama 1 tahun mama tidak mau ke gereja. Mama benar-benar menutup diri dari lingkungan sekitar. Karena beban itu dirasanya terlalu berat.


Tak hanya itu orang tuaku harus menerima pengucilan dari keluarga, seolah sendiri tak ada yang peduli. Entah mengapa saat itu orang tuaku di suruh untuk segera pindah dari rumah kakekku. Ada yang mengasut, tapi sampai hari ini aku masih tidak mengerti mengapa mereka bersikap demikian pada orang tuaku.  Hidup benar-benar tidak berpihak pada kami. Jangankan memberi bantuan materi ataupun sekedar memberi dorogan semangat.


Orang tuaku malah mendapatkan penghinaan dan direndahkan, serendah-rendahnya. Pernah suatu kali salah seorang dari mereka datang ke rumah kami, berkata sambil bertawa, "anakmu ini tidak waras,. Kalau aku jadi kamu, sudah aku buang ke sungai." dia tertawa dan pergi meninggalkan mamaku. Hati seorang ibu yang mana yang tahan dengan perkataan seperti itu? 

Saat itu papa dan mama pindah ke sebuah pondok kecil yang hanya berdinding kulit kayu, kalau zaman sekarang mungkin lebih cocok untuk kandang ayam. Sebuah pondok yang jauh dari kata layak untuk menjadi tempat tinggal. Namun di situlah papa dan mama merawatku. 


Tidak mudah hidup menjadi orang miskin, apalagi dengan keadaan anak yang sakit. Kadang mereka tidak punya beras untuk makan, tapi mereka tidak diam berpangku tangan,  papa mencari ke hutan, apa pun yang bisa di makan, rebung, singkong dan daunnya, untuk lauk papa mencarinya di sungai dengan memancing atau pun menjala,. Yang penting bisa untuk menyambung hidup hari ke sehari. Hidup kami benar-benar hanya karena anugerah Tuhan saja.
Aku yang masih bayipun mau tidak mau hanya makan singkong rebus saja. Tapi mama bercerita pada ku aku lahap sekali memakannya. 


Papaku seorang yang gigih berjuang mencari uang, apa pun pekerjaannya papaku lakukan. Semua itu untuk membawaku ke Pangkalan Bun untuk berobat. Termasuk menjadi tukang bangunan, membuat rumah orang, walau kadang dicurangi dengan dibayar tidak sesusai dengan perjanjian. Namun papa tidak menyerah, semua demi aku.


Papa selalu berharap agar SK nya cepat keluar dan cepat bekerja sehingga cepat mendapatkan dan cepat bekerja sehingga cepat mendapatkan gaji agar bisa membawa ku berobat ke RS di kota Pangkalan Bun. Namun saat itu nasib seolah di permainkan orang. Sering kali papa di suruh untuk memperbaharui berkasnya. Dan SK itu belum juga di keluarkan. Setelah  Lama sekali SK itu di keluarkan, akhirnya papa mendapatkannya juga, dan papa bekerja sebagai seorang guru SD di desa Bayat. Namun ternyata gaji guru kala itu sangat kecil, papa hanya mendapatkan gaji sebesar RP 60.000 saja setiap bulannya. Dan dengan uang yang seadanya itulah mama dan papa membawa ku kota Pangkalan Bun dengan harapan bahwa buah hati mereka bisa di sembuhkan. Ketika sampai di Pangkalan Bun, saat itu mereka tidak punya kendaraan, ingin naik ojek atau angkot pun uang mereka tidak cukup, belum lagi untuk makan dan minum selama berada di Pangkalan Bun, tentunya tidak sedikit. Untuk mencapai rumah sakit, mereka hanya berjalan kaki. Sambil bergantian menggendongku. Walau melelahkan mereka terus berjalan.


Dan akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit, kebetulan saat itu ada dokter ahli saraf  yang berasal dari Pakistan ( saya tidak tahu nama dokter itu) setelah menjalani pemeriksaan akhirnya aku pun di vonis terkena radang selaput otak. Otak sebelah kiri katanya rusak, dan saraf keseimbanganku tercepit, dan juga ada darah beku di otak ku, tidak hanya itu, dan juga ada darah beku di otak ku, tidak hanya itu, aku juga divonis akan mengalami kebutaan pada mata kananku di usia 10tahun . dokter itu menyarankan agar saya di terapi.


Dan entahlah, dengan keadaan ekonomi orang tuaku saat itu rasanya sangat sulit dan mustahil. Biaya obat ku saja sudah RP . 250.000 per bulannya, belum lagi kalau harus di terapi, mereka juga harus mengeluarkan uang untuk membeli keperluan hidup sehari-hari, dengan gaji papa yang hanya 60 ribu. Namun orang tua ku bukan orang yang mudah menyerah. Ketika di terapi, mereka sengaja melihat bagaimana cara terapi untuk ku, dan mereka mempelajarinya lalu mempraktekannya di rumah. Dan aku pun hanya 1 atau 2 kali saja di terapi di rumah sakit, selanjutnya mama dan papa ku yang melakukannya.

Setiap hari sebelum berangkat mengajar terlebih dahulu papa menterapiku. Supaya tangan, kaki, dan tubuh ku bisa bergerak seperti anak-anak yang lain. Hanya itu impian mereka supaya putri kecilnya bisa sembuh, sehingga bisa bermain seperti anakanak yang lain yang tidak harus merasakan sakitnya penderitaan. Di tengah kesendirian dan pengucilan, serta kesulitan hidup, mereka terus merawatku, mengobati ku dengan terus bekerja keras, entah itu menjadi tukang yang membantu menyelesaikan rumah orang, atau pun menjual apa pun yang mereka punya. Karena bagi mereka putri kecil mereka adalah punya. Karena bagi mereka putri kecil mereka adalah harta yang sangat berharga dan mereka tidak mau kehilangannya. 


Orang tidak memperhitungkan kami, mama kadang pergi ke rumah orang penjual ikan atau daging, namun mereka menolak dan berkata "ikannya sudah habis" tapi kemudian datang orang lain lagi ingin membeli ikan mereka, ternyata mereka masih  mempunyai banyak ikan. Mereka takut mama tidak bisa bayar ikan itu, padahal mama membawa uang yang cukup, tapi mereka pikir mama tidak punya uangnya.
Di tengah kesulitan hidup memang pernah berpikir untuk mencari pertolongan, tapi pada siapa?  Kakek dan nenekku, ke dua orang tua dari papa dan mama juga mengalami kesulitan hidup. Di tambah lagi kakek (papa dari mama) sakit keras, dan perlu pengobatan, kakek ku terkena strok dan lumpuh separo tubuhnya. namun tidak lama kakek menderita sakit. Tuhan berkehendak lain, kakek harus pergi pulang ke rumah Bapa di surga. Waktu itu umurku baru tujuh bulan. Hati mama bertambah hancur saat itu. Karena harus kehilangan seorang ayah secepat itu. Seorang ayah yang selalu membelanya kini telah tiada. Di saat mama sangat membutuhkan kekuatan dan dukungan darinya agar mampu menghadapi semua kesulitan itu,
darinya agar mampu menghadapi semua kesulitan itu, kakek tiada lagi.


Tak ada lagi tempat bagi mama untuk mengadu sekedar mengurangi beban hidup yang berat dalam batin.
Hidup kami bagaikan tidak pernah ada. Sepertinya tidak ada lagi kasih untuk kami. Yang ada hanyalah penghinaan. Banyak ibu melarang anaknya agar tidak dekat-dekat dengan ku karena takut ketularan penyakitku. Ada juga yang tanpa perasaan berkata "anak hundin ne balang be..." (anak kalian ini gila ya) namun mama tidak peduli dengan perkataan orang lain dan terus berjuang merawatku. Saat itu mama melatih ku duduk. Dengan memakai peralatan rumah tangga yang sederhana. Mama memakai baskom, dan juga bantal-bantal untuk penyangga badanku. Leher ku tidak bisa tegak, karena sangat lemah. Keadaan seperti ini juga berlangsung lama, namun aku tetap di latih untuk bisa duduk sendiri. Walau pun setiap hari ada saja orang yang mengejek. Aku di katakan seperti ayam yang sedang bertelur. Namun bagi mama keadaan ku harus lebih baik. Setidaknya aku bisa mandiri, dan mengurangi penderitaan ku.


Hidup dalam kesedihan seperti sudah biasa kami lewati bersama, tapi semua itu tidak pernah melemahkan mama dan papa. Walau usia mereka masih muda saat itu, walau mereka hanya tahu sedikit tentang Tuhan, dan Walau mereka ditinggalkan tentang Tuhan, dan Walau mereka ditinggalkan sendirian namun impian mereka untuk mendapat hidup yang lebih baik terus mereka perjuangkan. 


Ku renungkan hidup ini hanya karena anugerah Tuhan saja. TanpaNya tidak mungkin kami sanggup menjalani kehidupan yang penuh perjuangan ini.


Aku bisa seperti sekarang ini, karena Tuhan yang menyertai perjuangan orang tuaku dalam merawatku.
Perjuangan papa dan mamaku dalam merawatku tidak bisa ku bayar dengan materi seberapa pun itu. Semua sangat mahal dan tidak mungkin lunas. 


Namun semua mereka anggap lunas, dengan kesehatanku, semangat hidupku, dan senyumanku dalam aku menjalani hidupku setiap hari. Semua itu sangat berharga bagi mereka dan mereka akan terus memperjuangkan semua itu sampai nafas terakhir berhembus.


Sampai kapan pun aku ini tidak akan bisa membalasnya.
Tak ada lagi cara untuk menghargai perjuangan orang tuaku, selain dengan semangat dan senyumanku
tuaku, selain dengan semangat dan senyumanku disetiap hari-hariku. Sampai Tuhan memanggilku. Karena semua itu adalah kekuatan hidup bagi mereka.  


Menuliskan ini sebenarnya membuat ku tidak bisa menahan air mata yang jatuh. Namun inilah hidup ku, dan aku ingin terus melanjutkan menulisnya karena aku ingin berbagi semangat hidup ku. Agar semua yang membaca kisah hidup ku bisa menerima hidup mereka dengan ucapan syukur, dan tidak mudah menyerah dalam memperjuangkannya, seberat apa pun tantangan itu. 


Percayalah Tuhan menjadikan hidup kita dahsyat dan ajaib, dan kau akan bangga ketika menyadarinya. Karena Tuhan selalu baik bagi kita.


Untuk Mendownload Versi E-book kamu bisa Download Disini
Kalau bingung, silahkan Japri Admin Melalui LinkWA Disini  
 

Kesaksian Hidup - My Precious Life (Bag 1 - Hidup Karena Anugerah)

APAKAH ENGKAU MENGASIHIKU ?
Yesus Mengasihi
Kata Yesus kepadanya untuk ketika kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" (Yohanes 21:17a)

Kita diselamatkan oleh darah dan pengorbanan Tuhan Yesus diatas kayu salib, dan kita memperolehnya secara gratis alias tanpa bayaran sepeserpun. Ya, semuanya adalah Kasih Karunia Tuhan Yesus bagi kita. Kasih Karunia yang terbesar yang tidak akan ditemukan pada siapapun. Semuanya Yesus lakukan karena Ia mencintai kita, karena Ia tidak mau kehilangan kita yang adalah ciptaanNya dan yang telah Ia hembuskan nafas hidupNya ke dalam kita. Di dalam setiap kita ada bagian diriNya, entah engkau sadar atau tidak.

Namun manusia sering kali tidak menghargai dan menyayangi apapun yang diperolehnya dengan gratis. Memang sepertinya lebih bangga kalau kita dapatkan dengan cara yang kita usahakan sendiri, dan kita lebih menghargainya. Demikian pula dengan keselamatan yang di karuniakan oleh Tuhan Yesus, kebanyakan dari kita menyia-nyiakannya dan tidak menghargainya dengan menjalani hidup semaunya saja. Andai Anda ada diposisi Yesus, apakah Anda tidak sedih melihat pengorbanan Anda tidak dihargai sedikitpun? Karena mereka mendapatkannya dari Anda dengan gratis.

Hidup dalam Kasih Karunia Tuhan, bukan hidup tanpa melakukan kehendakNya, bukan berarti kita tidak berdoa, tidak beribadah, tidak bersekutu dengan Tuhan. Justru kita akan lebih giat lagi melakukan semua itu, sebagai tanda bahwa kita merindukan dan mengasihiNya! Malah dengan melakukan semua itu iman kita terhadapNya akan semakin diperkuat dan hubungan kita dengan Dia akan makin akrab, sebagaimana seharusnya hubungan antara Bapa dan anak.

Kita melakukan firmanNya bukan karena kekang, atau seperti burung yang terkurung di dalam sangkar. Namun karena kita menyadari akan kasihNya yang besar pada kita, karena kita menyadari bahwa hidup kita bukan milik kita lagi melainkan telah ditebus, hidup kita telah dibeliNya, bukan hanya untuk dijadikan sebagai anakNya, tetapi sepaya Dia berkuasa atas kita untuk melakukan kehendakNya dan menggenapi rencanaNya yang luar biasa indah.

Hal itu hanya akan terjadi jika kita menyadari anugerahNya. Jika kita menyadari betapa besar kasihNya, tentu hati kita memiliki kerinduan untuk selalu melakukan kehendakNya.
Namun, benarkah kita mengasihi Tuhan?

Sebagai bukti kasih, anakpun rela jadi hamba, dan mengabdikan hidupnya untuk melakukan yang di inginkan ayahnya.

Hidup kita ini adalah milik Tuhan, bukan untuk menjadi hak milik kita, melainkan untuk digunakan olehNya.

Syalom,.
Tuhan Yesus memberkati...

APAKAH ENGKAU MENGASIHIKU ?

Berlangganan Sekarang